Friday, 15 June 2012

MAKALAH KORELASI ANTARA HASIL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (UASBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN TINGKAT RELIGIUSITAS SISWA KELAS XII DI SMA N 5 YOGYAKARTA


KORELASI ANTARA HASIL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (UASBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN TINGKAT RELIGIUSITAS SISWA KELAS XII DI SMA N 5 YOGYAKARTA

Proposal Skripsi Ini Disusun Sebagai Tugas Individu
Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dra. Sri Sumarni
 




 
Disusun oleh :
Dedy eNHa
NIM.10410061
PAI F

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
KORELASI ANTARA HASIL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (UASBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN TINGKAT RELIGIUSITAS SISWA KELAS XII DI SMA N 5 YOGYAKARTA

A.  Latar belakang masalah
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, dan aspek lain yang ada pada individu.[1] dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang dicapai siswa penting diketahui oleh guru untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran dan untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan yang dicapai dari proses belajar-mengajar. Pengukuran hasil belajar tersebut dapat dilakukan melalui evaluasi atau penilaian. Guru sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam menjalankan tugasnya termasuk tugas melakukan penilaian.[2]
Adapun aspek yang dinilai adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penialain atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Gronlund (1975), evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai siswa.[3] proses belajar mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diaharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Penilaian tersebut dapat dilakukan melalui tes maupun nontes yang dilakukan secara berkala. Misalnya, tes harian, ujian akhir semester, ujian akhi rnasional, uasbn, dan lain sebagainya.
Penilaian dalam bidang afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramlkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.[4] meskipun bahan pelajaran berisi didang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bidang afektif tersebut, dalam mata pelajaran pendidikan agama islam misalnya. Idealnya, memang harus ada kesesuaian antara hasil evaluasi antara bidang kognitif dan afektif. Artinya, bila seorang siswa memiliki nilai kognisi yang baik, harus diimbangi dengan perilaku keagamaan atau religiusitas yang baik.
Religiusitas disebut juga sebagai rasa beragama. Menurut Clark, religiusitas merupakan suatu dorongan dalam jiwa yang membentuk rasa percaya pada Dzat pencipta manusia, rasa tunduk, serta dorongan taat atas aturan-nya. Rasa agama merupakan pengalaman mendalam seseorang ketika mersakan adanya tuhan, khususnya yang terbukti dari pengaruh pengalaman itu pada perilaku. [5] maka tingkat religiusitas seseorang dapat dilihat dari perilaku dan ibadahnya. Akan tetapi, dalam realitasnya banyak siswa yang memiliki nilai kognisi baik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, namun tidak diimbangi dengan perilaku keagamaan yang baik. Tentu hal ini sangat disayangkan. Kasus seperti ini banyak kita temui di lapangan. Salah satunya yang terdapat di SMA N 5 Yogyakarta.  Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru mata pelajaran pendidikan agama islam di SMA N 5 Yogyakarta,[6] terdapat banyak siswa yang memiliki nilai kognisi utamanya nilai UASBN yang baik namun tidak diimbangi dengan nilai afeksi yang baik.
Jika hal ini dibiarkan tentu akan menyebabkan sebuah permasalah karena mata pelajaran pendidikan agama islam berkenaan dengan akhalak seorang siswa. Dikhawatirkan kedepannya sekolah akan mencetak lulusan yang sangat berkompeten pada aspek kognitif saja namun tanpa diimbangi dengan akhlak yang baik. Penerapan ilmu tanpa diikuti dengan akhlak yang baik akan membahayakan baik bagi diri sendiri maupun orang lain karena bisa jadi ilmu yang dimiliki tersebut justru dimanfaatkan pada hal yang salah. Banyak kasus yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara hasil evaluasi di bidang kognitif dan bidang afektif.  Penilaian pada aspek kognitif saja, dalam hal ini yang dimaksud adalah hasil usbn mata pelajran pai belum tentu mencerminkan tingkat religious seorang siswa. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara tingkat kecerdasan kognitif pada mata pelajaran PAI dengan tingkat religiusitas siswa.

B.  Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah hubungan antara hasil uasbn pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan tingkat religiusitas siswa di SMA N 5 Yogyakarta?
2.    Mengapa sering ditemui kasus siswa yang memiliki nilai kognisi baik pada uasbn mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, namun memiliki tingkat religiusitas yang rendah?
3.    Bagaimana langkah untuk mengupayakan agar tidak terjadi ketimpangan antara nilai kognisi (UASBN mata pelajran Pendidikan Agama Islam) dengan nilai afeksi (tingkat religiusitas) siswa?

C.  Tujuan dan kegunaan penelitian
C.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menggali informasi tentang hubungan antara hasil uasbn mata pelajaran pendidikan agama islam dengan tingkat religiusitas siswa di SMA N 5 Yogyakarta, yaitu sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui hubungan antara hasil uasbn pada mata pelajaran pendidikan agama islam dengan tingkat religiusitas siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
2.    Untuk mengetahui faktor penyabab mengapa sering ditemui kasus siswa yang memiliki nilai kognisi baik pada uasbn mata pelajaran pendidikan agama islam, namun berperilaku kurang baik dan memiliki tingkat religiusitas yang rendah.
3.    Untuk merumuskan langkah untuk mengupayakan agar tidak terjadi ketimpangan antara nilai kognisi (UASBN mata pelajaran Pendidikan Agama Islam) dengan nilai afeksi (tingkat religiusitas) siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
C. 2 Kegunaan Penelitian
       Dari hasil penelitian, diharapkan nantinya dapat berguna, yaitu sebagai berikut:
1.    Untuk membantu siswa meningkatkan religiusitasnya (aspek afeksi) seiring dengan langkah untuk meningkatkan hasil UASBN mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (aspek kognisi) siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
2.    Untuk meningkatkan profesionalitas guru khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Yogyakarta agar dalam mendidik siswa ada kesesuaian antara hasil kognisi dengan hasil afeksinya.
3.    Untuk meningkatkan mutu sekolah di SMA N 5 Yogyakarta khususnya di bidang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
4.    Untuk menambah khasanah perbendaharaan pengembangan keilmuan di perpustakaan SMA N 5 Yogyakarta.
  1. Tinjauan pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya maka penulis mengadakan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelunya diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Religiusitas Siswa Sd Negeri Nogopura Gowok Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta” yang disusun oleh Erna Listyaningsih pada tahun 2009 jurusan pendidikan agama islam  Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dalam skripsi ini penulis membahas tentang upaya untuk meningkatkan religiusitas siswa di SD N Nogopuro Gowok melalui beberapa kegiatan seperti hafalan surat pendek, pembiasaan fiqih praktis, pesantern kilat da lain sebagainya.
2.      Skripsi dengan judul “Upaya Guru Akhlak Dalam Mengembangkan Religiusitas Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nadharatul Ulama Nurul Huda Desa Gulang Kecamatan Mejobo Kbupaten Kudus Jawa Tengah yang disusn oleh Ja’fari  Muhlis. Dalam skripsi ini, membahas mengenai metode, strategi dan sumber belajar yang digunakan oleh guru akhlak dalam rangka meningkatkan religiusitas siswa.
3.      Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Nadir jurusan pendidikan agama islam dengan judul “ Usaha Peningkatan Keberagamaan Remaja Dusun Saman Desa Bangunharjo Kecamatan Sewon Bantul Yogyakarta”, yang membahas mengenai uapaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan religiusitas remaja yang pada umumnya sedang mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
4.      Skripsi dengan judul “Religiusitas Dan Kenakalan Remaja Islam Di Kampung Kranganyar Kelurahan Brontokusumo Kecamatan Mergangsan Kota Madya Yogyakarta” yang ditulis oleh Sekar Mirah Nurhayati Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta yang membahas mengenai hubungan antara religiusitas dengan tingkat kenakalan remaja di kampung Karanganyar.
Dari beberapa skripsi yang dijadikan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini, mempunyai kesamaan dalam hal pembahasan mengenai tingkat religiusitas, namun dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai hubungan antara hasil belajar dari ujian akhir sekolah berstandar nasional (uasbn) pada mata pelajaran pendidikan agama islam dengan tingkat religiusitas siswa.
E.           Landasan teori
1.       Tiga ranah penilaian dalam Pendidikan Agama Islam
Dalam pendidikan, ada tiga faktor yang terkait sangat erat satu sama lain, yaitu tujuan, proses pembelajaran dan evaluasi. Tujuan menjadi titik tolak dan acuan bagi proses dan evaluasi. Proses pembelajara menentukan apakah tujuan pendidikan tercapai atau tidak. Dan dengan evaluasi yang baik, tujuan pendidikan dapat diketahui hasilnya. Tujuan pendidikan diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (sikap). [7]
             Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa pembelajaran pai di indonesia yang seharusnya mencakup tiga ranah, namun hanya mencakup  aspek kognitif. Menurut Sutrisno, hal ini disebabkan karena lemahnya pemahaman tentang ranah afejtif dan psikomotor, disamping pengembangan alat ukur dan pengukuran terhadap hasil belajar dalam dua ranah tersebut relative lebih rumit dan sulit dilakukan jika dibandingkan dengan ranah kognitif.[8]
Keseimbangan ketiga ranah dalam evaluasi hasil belajar perku mendapat perhatian dalam merancang alat penilaian. Evaluasi dalam pendidikan agama islam bertujuan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis berkesinambungan, sehingga menjadi bahan informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Idealnya, ada kesesuaian antara ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, anak yang memiliki nilai kognitif yang baik seharusnya diimbangi dengan nilai afeksi yang baik pula. Namun banyak ditemui kasus adanya ketimpangan antara nilai afektif dan kognitif sehingga anak yang memiliki nilai kognitif baik belum menjamin memiliki nilai afeksi yang baik pula. Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) untuk satuan pendidikan Agama dan Akhlak Mulia
a)      Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
b)      Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
c)      Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
d)     Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
e)      Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
f)       Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
g)      Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
h)     Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab

2.        Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional
  Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional yang selanjutnya disebut UASBN adalah ujian nasional yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan ujian sekolah/madrasah. UASBN utama adalah ujian nasional yang diselenggarakan bagi seluruh peserta ujian yang terdaftar sebagai peserta UASBN tahun pelajaran 2009/2010.[9] Pendidikan agama islam merpakan salah satu mata pelajaram yang diujikan pada UASBN tersebut.


3.                     Religiusitas
Religiusitas berasal dari bahasa latin religio yang berarti agama, kesalehan, jiwa keagamaan. Henkel nopel mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan, tingkah laku keagamaan, karena religiusitas berkaitan erat dengan segala hal tentang agama.[10]
Sedangkan menurut Susilangsih adalah kristal-kristal nilai agama dalam diri manusia yang terbentuk melalui proses internalisasi nilai-nilai agama semenjak usia dini. Religiusitas akan terbentuk menjadi kristal nilai pada akhir usia anak dan berfungsi pada awal remaja. Kristal nilai yang terbentuknya akan berfungsi menjadi pengarah sikap dan perilaku dalam kehidupannya.[11]
Tahap-tahap perkembangan rasa agama menurut susilaningsih (makalah disampaikan pada pekuliahan psikologi agama, 2010) adalah: pertama, tahap pembentukan adalah tahap dimana masuk dan mengkristalnya nilai-nilai agama, berupa nilai-nilai dasar, dan ditunjukan dengan adanya tugas-tugas keagamaan, tahap ini berada pada usia anak.
Kedua, tahap pengembangan adalah tahap dimana mulai berfungsinya nilai-nilai dasar keagamaan kedalam konteks kehidupan dan pemaknaan nilai-nilai agama yang akan memberi rasa aman sebagai solusi kegoncangan jiwa, tahap ini berada pada usia remaja.[12]
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaannya boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya). Bagi sebagian remaja ibadah merupakan hal sepele. Ini bisa dilihat dari ketaantan mereka dalam menjalankan ibadah sehari-hari. Pada masa remaja dikenal sebagai usia rawan akan agama yang mereka terima. Remaja akan mengalami kehidupan batin yang terombang-ambing (strum and drang). Untuk mengatasi kemelut batin itu. Maka seyogyanya mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan. Para remaja memerlukan tokoh pelindung yang mampu diajak berdialog dan berbagi rasa.[13]

4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan religious conscience
Faktor-faktor perkembangan rasa agama menurut susilaningsih, yaitu:
a.    Pertama, faktor internal meliputi kodisi awal rasa agama (potensi), perkembangan kognisi, kondisi afeksi (emosi, motif, minat, dan sikap).
b.    Kedua, faktor eksternal meliputi pengalaman dan pengetahuan, pendidikan, dan lingkungan.
c.    Ketiga, faktor proses, yaitu terjadinya berbagai dinamika perkembangan pada masing-masing fase perkembangan anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia.
Tahap-tahap internalisasi nilai-nilai agama seiring dengan perkembangan usia yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan faktor eksternal melalui pendidikan, eksperimen, maupun pengaruh lingkungan.

   F. Metode Penelitian.
1.   Jenis Metode Penelitian.
      Kata “metode” berasal dari bahasa yunani “methodos“yang mempunyai arti jalan atau cara yang teratur dan sistematik untuk pelaksanaan sesuatu.[14] Maka metode penelitian adalah cara kerja yang berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi fakta-fakta.[15]
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif, yaitu prosedur penelitian yang ilmiah  sistematis terhadap bagian-bagain dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan Penelitian Kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dengan fenomena alam.[16] Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu social.[17] Pertimbangan pengunaan metode ini karena data yang diteliti berupa  data yang menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antarvariabel yaitu hubungan
2. Sumber Data.
Sumber data utama dalam penelitian kuantitatif adalah berupa berupa data primer dan sekunder..[18]  Data primer diambil berdasarkan hasil pengumpulan data melalui angket yang dibagikan kepada responden secara langsung, serta melalui observasi langsung terhadap objek. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui laporan prestasi belajar siswa yang dapat berupa hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
3.   Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dalam mengungkap permasalahan baik itu berupa data primer atau skunder, maka penulis mengunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a) Metode Wawancara.
 Metode wawancara adalah metode yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan (pengumpul data bertatap muka dengan responden).[19] Wawancara ini dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan siswa di SMA N 5 Yogyakarta. Metode ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum dan bagaimana bentuk perilaku keagamaan siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
b) Metode Observasi
 Metode observasi yaitu metode yang mengunakan pengamatan atau pengindraan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau prilaku.[20] Observasi ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana bentuk kegiatan keagamaan siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
c) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang sumber datanya berupa  catatan atau dokumen yang tersedia. Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,  legger,  agenda  dan  sebagainya[21]. Data yang didokumentasikan dalam penelitian ini berupa dokumen penting yang berkaitan dengan program yang penulis teliti yaitu berupa data hasil UASBN Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

            d) Metode Angket
Menurut Suharsimi Arikunto, Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Dengan demikian angket/kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti dimana tiap pertanyaannya berkaitan dengan masalah penelitian. Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula[22].  Angket tersebut pada akhirnya diberikan kepada responden untuk dimintakan jawaban. Metode ini digunakan untuk mencari dan menyaring data yang bersumber dari responden.

4.   Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan urai dasar.[23] Tujuan analisis adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diimplementasikan, dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode deskriptif kualitatif yang merupakan suatu proses mengambarkan suatu keadaan sasaran yang sebenarnya secara apa adanya. Proses analisa data dimulai dengan menyusun semua data yang telah terkumpul berdasarkan urutan pembahasan yang telah direncanakan. Secara sistematis langkah-langkah analisa tersebut sebagai berikut :
a) Mengumpulkan data yang telah  diperoleh dari hasil interview, dokumentasi, observasi, dan angket.
b)   Menyusun seluruh data yang diperoleh sesuai urutan pembahasan.
c)   Melakukan interpretasi terhadap data yang telah tersusun.
d)   Menjawab rumusan masalah.



DAFTAR PUSTAKA

Nana Sujana,  Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. ( Bandung: Sinar Baru Algesindo,2010)
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1991 )
Sri Esti Wuryani Jiwandono. Psikologi Pendidikan. ( Jakarta: PT Grasindo Persada, 2008 ) 
Baharudin Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam. (Malang: UIN Malang Press. 2008)
Sutirsno. Revisi Pendidikan di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2005)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 74 Tahun 2009 Tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2009/2010
Susilaningsih. Makalah Psikologi Agama: Perkembangan Religious Conscience. Makalah tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2010)
Jalaluddin, H. Psikologi Agama. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.2003.)
Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1981)




Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat sementaraterhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul(Arikunto, 1998:67). Karena masalah yang diteliti ini merupakan usaha untuk mencari adatidaknya pengaruh, maka ada dua hipotesis yang muncul, yakni :
1.Hipotesis Kerja (Ha)Adanya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong
2.Hipotesis Nihil (Hi)Tidak ada pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDNAengtongtong




[1]               Nana Sujana,  Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. ( Bandung: Sinar Baru Algesindo,2010) hlm.28
[2]               Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1991 ) hlm.33
[3]               Sri Esti Wuryani Jiwandono. Psikologi Pendidikan. ( Jakarta: PT Grasindo Persada, 2008 ) 
                hlm.397
[4]                                                                                                                                                     Nana Sudjana, ibid., hlm 53    
[5]               Baharudin Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam. (Malang: UIN Malang Press. 2008) hlm.45
[6]               Wawancara dilaksanakan tanggal 22 Maret 2012 di SMA N 5 Yogyakarta kepada guru pengampu mata pelajaran PAI, ibu Mardiyah.
[7]               Sutirsno. Revisi Pendidikan di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2005) hlm.147.
[8]               Ibid., hlm.149
[9]              Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 74 Tahun 2009 Tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2009/2010
[10]          Ihsanudin, M. Dinamika Religusitas Pedagang Pasar Buah dan Sayur “Gemah Ripah” Gamping Sleman. Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2007) hlm.6

[11]          Susilaningsih. Makalah Psikologi Agama: Perkembangan Religious Conscience. Makalah tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2010)
[12]             Jalaluddin, H. Psikologi Agama. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.2003.) hlm 70-73


[13]             ibid.,hlm 81
[14]             Ahmad Maulana, dkk, Kamus Ilmia Lengkap, (Yogyakarta: absolut), hal. 306.
[15]            Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1981), hal. 16.
[16]            Dean Winchester, Pengertian Penelitian Kuantitatif. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023657-pengertian-penelitian-kuantitatif, diunggah pada  12 juni 2010 diunduh pada tanggal 5 april 2012 pukul 10.12
                 
[17]             Lexy Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 3. 
[18]             Ibid, hlm. 112.
[19]             Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial: Dasar-dasar dan Aplikasi, Cet. Ke-5 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 52
[20]             Ibid, hlm. 52
[21]            
[22]        Sukmadinata, Nana Syaodih; 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm.271.
[23]              Lexy Maleong, op. cit., hlm. 103.

No comments:

Post a Comment