KORELASI
ANTARA HASIL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (UASBN) PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN TINGKAT RELIGIUSITAS SISWA KELAS XII DI SMA N 5 YOGYAKARTA
Proposal Skripsi Ini Disusun Sebagai Tugas Individu
Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Dra. Sri Sumarni
Disusun oleh :
Dedy eNHa
NIM.10410061
PAI F
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
KORELASI
ANTARA HASIL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (UASBN) PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN TINGKAT RELIGIUSITAS SISWA KELAS XII DI SMA N 5 YOGYAKARTA
A. Latar belakang masalah
Belajar
merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan
tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, dan aspek lain
yang ada pada individu.[1]
dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang dicapai siswa penting
diketahui oleh guru untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran dan
untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan yang dicapai dari proses
belajar-mengajar. Pengukuran hasil belajar tersebut dapat dilakukan melalui
evaluasi atau penilaian. Guru sebagai orang yang berwenang dan bertanggung
jawab terhadap pendidikan siswa, harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai
wewenang dalam menjalankan tugasnya termasuk tugas melakukan penilaian.[2]
Adapun
aspek yang dinilai adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penialain
atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Gronlund
(1975), evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai siswa.[3] proses
belajar mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam
rumusan tingkah laku yang diaharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan
pengalaman belajar. Penilaian tersebut dapat dilakukan melalui tes maupun
nontes yang dilakukan secara berkala. Misalnya, tes harian, ujian akhir
semester, ujian akhi rnasional, uasbn, dan lain sebagainya.
Penilaian
dalam bidang afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramlkan perubahannya, bila seseorang
telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.[4] meskipun
bahan pelajaran berisi didang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi
bagian integral dari bidang afektif tersebut, dalam mata pelajaran pendidikan
agama islam misalnya. Idealnya, memang harus ada kesesuaian antara hasil
evaluasi antara bidang kognitif dan afektif. Artinya, bila seorang siswa
memiliki nilai kognisi yang baik, harus diimbangi dengan perilaku keagamaan
atau religiusitas yang baik.
Religiusitas
disebut juga sebagai rasa beragama. Menurut Clark, religiusitas merupakan suatu dorongan dalam
jiwa yang membentuk rasa percaya pada Dzat
pencipta manusia, rasa tunduk, serta dorongan taat atas aturan-nya. Rasa agama
merupakan pengalaman mendalam seseorang ketika mersakan adanya tuhan, khususnya
yang terbukti dari pengaruh pengalaman itu pada perilaku. [5] maka
tingkat religiusitas seseorang dapat dilihat dari perilaku dan ibadahnya. Akan
tetapi, dalam realitasnya banyak siswa yang memiliki nilai kognisi baik pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, namun tidak diimbangi dengan perilaku
keagamaan yang baik. Tentu hal ini sangat disayangkan. Kasus seperti ini banyak
kita temui di lapangan. Salah satunya yang terdapat di SMA N 5 Yogyakarta.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru mata pelajaran
pendidikan agama islam di SMA N 5 Yogyakarta,[6] terdapat
banyak siswa yang memiliki nilai kognisi utamanya nilai UASBN yang baik namun tidak diimbangi dengan nilai
afeksi yang baik.
Jika hal
ini dibiarkan tentu akan menyebabkan sebuah permasalah karena mata pelajaran
pendidikan agama islam berkenaan dengan akhalak seorang siswa. Dikhawatirkan
kedepannya sekolah akan mencetak lulusan yang sangat berkompeten pada aspek
kognitif saja namun tanpa diimbangi dengan akhlak yang baik. Penerapan ilmu
tanpa diikuti dengan akhlak yang baik akan membahayakan baik bagi diri sendiri
maupun orang lain karena bisa jadi ilmu yang dimiliki tersebut justru
dimanfaatkan pada hal yang salah. Banyak kasus yang menunjukkan adanya
ketidaksesuaian antara hasil evaluasi di bidang kognitif dan bidang
afektif. Penilaian pada aspek kognitif
saja, dalam hal ini yang dimaksud adalah hasil usbn mata pelajran pai belum
tentu mencerminkan tingkat religious seorang siswa. Untuk itu penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara tingkat kecerdasan
kognitif pada mata pelajaran PAI dengan tingkat religiusitas siswa.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik
permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan antara hasil uasbn pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan tingkat religiusitas siswa di SMA N 5 Yogyakarta?
2. Mengapa sering ditemui kasus siswa yang memiliki
nilai kognisi baik pada uasbn mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, namun
memiliki tingkat religiusitas yang rendah?
3. Bagaimana langkah untuk mengupayakan agar tidak
terjadi ketimpangan antara nilai kognisi (UASBN mata pelajran Pendidikan Agama
Islam) dengan nilai afeksi (tingkat religiusitas) siswa?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
C.1 Tujuan
penelitian
Penelitian ini secara
umum bertujuan untuk menggali informasi tentang hubungan antara hasil uasbn
mata pelajaran pendidikan agama islam dengan tingkat religiusitas siswa di SMA
N 5 Yogyakarta, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara hasil uasbn pada
mata pelajaran pendidikan agama islam dengan tingkat religiusitas siswa di SMA
N 5 Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui faktor penyabab mengapa sering ditemui
kasus siswa yang memiliki nilai kognisi baik pada uasbn mata pelajaran
pendidikan agama islam, namun berperilaku kurang baik dan memiliki tingkat
religiusitas yang rendah.
3. Untuk merumuskan langkah untuk mengupayakan agar
tidak terjadi ketimpangan antara nilai kognisi (UASBN mata pelajaran Pendidikan Agama Islam) dengan nilai afeksi
(tingkat religiusitas) siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
C. 2 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian, diharapkan nantinya dapat
berguna, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk membantu siswa meningkatkan religiusitasnya
(aspek afeksi) seiring dengan langkah untuk meningkatkan hasil UASBN mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (aspek kognisi) siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
2. Untuk meningkatkan profesionalitas guru khususnya
guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 5 Yogyakarta agar dalam
mendidik siswa ada kesesuaian antara hasil kognisi dengan hasil afeksinya.
3. Untuk meningkatkan mutu sekolah di SMA N 5
Yogyakarta khususnya di bidang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
4. Untuk menambah khasanah perbendaharaan
pengembangan keilmuan di perpustakaan SMA N 5 Yogyakarta.
- Tinjauan pustaka
Untuk
menghindari terjadinya kesamaan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya
maka penulis mengadakan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah
ada sebelunya diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Religiusitas Siswa Sd Negeri Nogopura Gowok Catur
Tunggal Depok Sleman Yogyakarta” yang disusun oleh Erna Listyaningsih pada
tahun 2009 jurusan pendidikan agama islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dalam skripsi ini penulis
membahas tentang upaya untuk meningkatkan religiusitas siswa di SD N Nogopuro
Gowok melalui beberapa kegiatan seperti hafalan
surat pendek, pembiasaan fiqih praktis, pesantern kilat da lain sebagainya.
2. Skripsi dengan judul “Upaya Guru Akhlak Dalam Mengembangkan Religiusitas Siswa Kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Nadharatul Ulama Nurul Huda Desa Gulang Kecamatan Mejobo
Kbupaten Kudus Jawa Tengah” yang disusn oleh
Ja’fari Muhlis. Dalam skripsi ini,
membahas mengenai metode, strategi dan sumber belajar yang digunakan oleh guru
akhlak dalam rangka meningkatkan religiusitas siswa.
3. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Nadir jurusan
pendidikan agama islam dengan judul “
Usaha Peningkatan Keberagamaan Remaja Dusun Saman Desa Bangunharjo Kecamatan
Sewon Bantul Yogyakarta”, yang membahas mengenai uapaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan religiusitas remaja yang pada umumnya sedang
mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
4.
Skripsi dengan judul “Religiusitas
Dan Kenakalan Remaja Islam Di Kampung Kranganyar Kelurahan Brontokusumo
Kecamatan Mergangsan Kota Madya Yogyakarta” yang ditulis oleh Sekar Mirah
Nurhayati Jurusan Pendidikan Agama Islam Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
membahas mengenai hubungan antara religiusitas dengan tingkat kenakalan remaja
di kampung Karanganyar.
Dari beberapa skripsi yang
dijadikan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini, mempunyai kesamaan dalam
hal pembahasan mengenai tingkat religiusitas, namun dalam penelitian ini
penulis akan membahas mengenai hubungan antara hasil belajar dari ujian akhir
sekolah berstandar nasional (uasbn) pada mata pelajaran pendidikan agama islam
dengan tingkat religiusitas siswa.
E.
Landasan teori
1. Tiga ranah penilaian dalam Pendidikan Agama Islam
Dalam
pendidikan, ada tiga faktor yang terkait sangat erat satu sama lain, yaitu
tujuan, proses pembelajaran dan evaluasi. Tujuan menjadi titik tolak dan acuan
bagi proses dan evaluasi. Proses pembelajara menentukan apakah tujuan
pendidikan tercapai atau tidak. Dan dengan evaluasi yang baik, tujuan
pendidikan dapat diketahui hasilnya. Tujuan pendidikan diklasifikasikan ke
dalam tiga ranah, yaitu kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan),
dan afektif (sikap). [7]
Banyak faktor yang
mempengaruhi mengapa pembelajaran pai di indonesia yang seharusnya mencakup
tiga ranah, namun hanya mencakup aspek
kognitif. Menurut Sutrisno, hal ini disebabkan karena lemahnya pemahaman
tentang ranah afejtif dan psikomotor, disamping pengembangan alat ukur dan
pengukuran terhadap hasil belajar dalam dua ranah tersebut relative lebih rumit
dan sulit dilakukan jika dibandingkan dengan ranah kognitif.[8]
Keseimbangan
ketiga ranah dalam evaluasi hasil belajar perku mendapat perhatian dalam merancang
alat penilaian. Evaluasi dalam pendidikan agama islam bertujuan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan tentang proses dan hasil belajar
siswa yang dilakukan secara sistematis berkesinambungan, sehingga menjadi bahan
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Idealnya, ada kesesuaian
antara ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Khususnya dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, anak yang memiliki nilai kognitif yang baik seharusnya
diimbangi dengan nilai afeksi yang baik pula. Namun banyak ditemui kasus adanya
ketimpangan antara nilai afektif dan kognitif sehingga anak yang memiliki nilai
kognitif baik belum menjamin memiliki nilai afeksi yang baik pula. Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran
(SK-KMP) untuk satuan pendidikan Agama dan Akhlak Mulia
a)
Berperilaku sesuai dengan ajaran
agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja
b)
Menghargai keberagaman agama,
bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global
c)
Berpartisipasi dalam penegakan
aturan-aturan sosial
d) Memahami
hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
e)
Menghargai adanya perbedaan
pendapat dan berempati terhadap orang lain
f)
Berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi
informasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
g)
Menjaga kebersihan, kesehatan,
ketahanan dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
h)
Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan
secara bertanggung jawab
2.
Ujian
Akhir Sekolah Berstandar Nasional
Ujian Akhir Sekolah Berstandar
Nasional yang selanjutnya disebut UASBN adalah ujian nasional yang dilaksanakan
secara terintegrasi dengan pelaksanaan ujian sekolah/madrasah. UASBN utama
adalah ujian nasional yang diselenggarakan bagi seluruh peserta ujian yang
terdaftar sebagai peserta UASBN tahun pelajaran 2009/2010.[9] Pendidikan agama islam
merpakan salah satu mata pelajaram yang diujikan pada UASBN tersebut.
3.
Religiusitas
Religiusitas
berasal dari bahasa latin religio
yang berarti agama, kesalehan, jiwa keagamaan. Henkel
nopel mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan, tingkah laku keagamaan,
karena religiusitas berkaitan erat dengan segala hal tentang agama.[10]
Sedangkan
menurut Susilangsih
adalah kristal-kristal nilai agama dalam diri manusia yang terbentuk melalui
proses internalisasi nilai-nilai agama semenjak usia dini. Religiusitas akan
terbentuk menjadi kristal nilai pada akhir usia anak dan berfungsi pada awal
remaja. Kristal nilai yang terbentuknya akan berfungsi menjadi pengarah sikap
dan perilaku dalam kehidupannya.[11]
Tahap-tahap perkembangan rasa agama menurut
susilaningsih (makalah disampaikan pada pekuliahan psikologi agama, 2010)
adalah: pertama, tahap pembentukan
adalah tahap dimana masuk dan mengkristalnya nilai-nilai agama, berupa
nilai-nilai dasar, dan ditunjukan dengan adanya tugas-tugas keagamaan, tahap
ini berada pada usia anak.
Kedua, tahap pengembangan adalah tahap dimana mulai
berfungsinya nilai-nilai dasar keagamaan kedalam konteks kehidupan dan
pemaknaan nilai-nilai agama yang akan memberi rasa aman sebagai solusi
kegoncangan jiwa, tahap ini berada pada usia remaja.[12]
Sikap dan minat remaja terhadap masalah
keagamaannya boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan
masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil
minatnya). Bagi sebagian remaja ibadah merupakan hal sepele. Ini bisa dilihat
dari ketaantan mereka dalam menjalankan ibadah sehari-hari. Pada masa remaja dikenal
sebagai usia rawan akan agama yang mereka terima. Remaja akan mengalami
kehidupan batin yang terombang-ambing (strum
and drang). Untuk mengatasi kemelut batin itu. Maka seyogyanya mereka
memerlukan bimbingan dan pengarahan. Para remaja memerlukan tokoh pelindung
yang mampu diajak berdialog dan berbagi rasa.[13]
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan religious conscience
Faktor-faktor perkembangan rasa agama menurut
susilaningsih, yaitu:
a. Pertama, faktor internal meliputi kodisi awal
rasa agama (potensi), perkembangan kognisi, kondisi afeksi (emosi, motif,
minat, dan sikap).
b. Kedua, faktor eksternal meliputi pengalaman dan
pengetahuan, pendidikan, dan lingkungan.
c. Ketiga, faktor proses, yaitu terjadinya berbagai
dinamika perkembangan pada masing-masing fase perkembangan anak, remaja,
dewasa, dan lanjut usia.
Tahap-tahap internalisasi nilai-nilai agama seiring dengan
perkembangan usia yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri)
dan faktor eksternal melalui pendidikan, eksperimen, maupun pengaruh lingkungan.
F. Metode Penelitian.
1. Jenis Metode Penelitian.
Kata “metode” berasal dari
bahasa yunani “methodos“yang mempunyai arti jalan atau cara yang teratur dan
sistematik untuk pelaksanaan sesuatu.[14] Maka
metode penelitian adalah cara kerja yang berdasarkan disiplin ilmiah untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi fakta-fakta.[15]
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif, yaitu prosedur penelitian yang ilmiah sistematis
terhadap bagian-bagain dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan
Penelitian Kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan hipotesis yang dikaitkan dengan fenomena alam.[16]
Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk
menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan
hubungan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep,
mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam
ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu social.[17]
Pertimbangan pengunaan metode ini karena data yang diteliti berupa data yang menyajikan suatu fakta atau
mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antarvariabel yaitu
hubungan
2. Sumber Data.
Sumber data
utama dalam penelitian kuantitatif adalah berupa berupa data primer dan
sekunder..[18]
Data primer diambil berdasarkan hasil
pengumpulan data melalui angket yang dibagikan kepada responden secara
langsung, serta melalui observasi langsung terhadap objek. Sedangkan data
sekunder didapatkan melalui laporan prestasi belajar siswa yang dapat berupa
hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI).
3. Teknik
Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data
yang valid dalam mengungkap permasalahan baik itu berupa data primer atau
skunder, maka penulis mengunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a) Metode Wawancara.
Metode wawancara
adalah metode yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan
(pengumpul data bertatap muka dengan responden).[19]
Wawancara ini dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada guru pengampu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan siswa di SMA N 5 Yogyakarta. Metode ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana gambaran umum dan bagaimana bentuk perilaku keagamaan
siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
b) Metode Observasi
Metode observasi
yaitu metode yang mengunakan pengamatan atau pengindraan langsung terhadap
suatu benda, kondisi, situasi, proses atau prilaku.[20] Observasi ini dilakukan
untuk mengetahui secara langsung bagaimana bentuk kegiatan keagamaan
siswa di SMA N 5 Yogyakarta.
c) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah
metode yang sumber datanya berupa
catatan atau dokumen yang tersedia. Metode dokumentasi adalah
“mencari
data mengenai hal-hal atau
variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger,
agenda dan sebagainya[21]. Data yang didokumentasikan
dalam penelitian ini berupa dokumen penting yang berkaitan dengan program yang
penulis teliti yaitu berupa data hasil UASBN Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d) Metode Angket
Menurut
Suharsimi Arikunto, Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan
pengguna. Dengan demikian angket/kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan
oleh peneliti dimana tiap pertanyaannya berkaitan dengan masalah penelitian.
Metode angket merupakan metode pengumpulan data yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula[22]. Angket tersebut pada akhirnya diberikan kepada
responden untuk dimintakan jawaban. Metode ini digunakan untuk mencari dan menyaring data yang bersumber dari
responden.
4. Analisa Data
Analisa
data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori
dan satuan urai dasar.[23] Tujuan
analisis adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca
dan diimplementasikan, dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode deskriptif kualitatif yang merupakan suatu proses
mengambarkan suatu keadaan sasaran yang sebenarnya secara apa adanya. Proses
analisa data dimulai dengan menyusun semua data yang telah terkumpul
berdasarkan urutan pembahasan yang telah direncanakan. Secara sistematis
langkah-langkah analisa tersebut sebagai berikut :
a)
Mengumpulkan data yang telah diperoleh
dari hasil interview, dokumentasi, observasi, dan angket.
b) Menyusun seluruh data yang diperoleh sesuai
urutan pembahasan.
c) Melakukan interpretasi terhadap data yang
telah tersusun.
d) Menjawab rumusan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Nana
Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. ( Bandung: Sinar Baru
Algesindo,2010)
Syaiful
Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan
Kompetensi Mengajar, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1991 )
Sri
Esti Wuryani Jiwandono. Psikologi
Pendidikan. ( Jakarta: PT Grasindo Persada, 2008 )
Baharudin Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam.
(Malang: UIN Malang Press. 2008)
Sutirsno. Revisi Pendidikan di Indonesia, Membedah
Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media. 2005)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 74
Tahun 2009 Tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Sekolah
Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun
Pelajaran 2009/2010
Susilaningsih. Makalah
Psikologi Agama: Perkembangan Religious Conscience. Makalah tidak diterbitkan,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2010)
Jalaluddin, H. Psikologi
Agama. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.2003.)
Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian
Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1981)
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat
sementaraterhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul(Arikunto, 1998:67). Karena masalah yang diteliti ini merupakan usaha
untuk mencari adatidaknya pengaruh, maka ada dua hipotesis yang muncul,
yakni :
1.Hipotesis Kerja (Ha)Adanya
pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap prestasi belajar
siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong
2.Hipotesis Nihil (Hi)Tidak ada pengaruh
penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap prestasi belajar
siswa kelas 4,5,6 SDNAengtongtong
[1] Nana Sujana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. ( Bandung: Sinar Baru Algesindo,2010) hlm.28
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar,
( Surabaya : Usaha Nasional, 1991 ) hlm.33
[3] Sri Esti Wuryani Jiwandono. Psikologi Pendidikan. ( Jakarta: PT
Grasindo Persada, 2008 )
hlm.397
[4]
Nana Sudjana, ibid., hlm 53
[5] Baharudin Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam.
(Malang: UIN Malang Press. 2008) hlm.45
[6] Wawancara dilaksanakan tanggal
22 Maret 2012 di SMA N 5 Yogyakarta kepada guru pengampu mata pelajaran PAI,
ibu Mardiyah.
[7] Sutirsno. Revisi Pendidikan di Indonesia, Membedah Metode dan Teknik Pendidikan
Berbasis Kompetensi. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2005) hlm.147.
[8] Ibid., hlm.149
[9] Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 74 Tahun 2009 Tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional
(UASBN) Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar Luar Biasa
(SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2009/2010
[10] Ihsanudin, M. Dinamika
Religusitas Pedagang Pasar Buah dan Sayur “Gemah Ripah” Gamping Sleman. Skripsi
tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2007) hlm.6
[11] Susilaningsih.
Makalah Psikologi Agama: Perkembangan
Religious Conscience. Makalah tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga. 2010)
[13] ibid.,hlm 81
[14] Ahmad Maulana, dkk, Kamus Ilmia
Lengkap, (Yogyakarta: absolut), hal. 306.
[15] Koentjoroningrat,
Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1981), hal.
16.
[16] Dean Winchester,
Pengertian Penelitian Kuantitatif. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023657-pengertian-penelitian-kuantitatif,
diunggah pada 12 juni 2010 diunduh pada
tanggal 5 april 2012 pukul 10.12
[17] Lexy Maleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 3.
[18] Ibid, hlm. 112.
[19] Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial: Dasar-dasar
dan Aplikasi, Cet. Ke-5 (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 52
[20] Ibid, hlm. 52
[22] Sukmadinata, Nana Syaodih; 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm.271.
[23] Lexy Maleong, op. cit., hlm.
103.
No comments:
Post a Comment