Tuesday, 6 November 2012

Biodiversitas

Oleh : Dedy_eNHa

BAB V

A.     Biodiversitas
Banyak sekali ayat yang menerangkan tentang biodiversitas yaitu surat Al An’am ayat 38, 99, 141-142, An Naml ayat 18-24, Yunus 24, Ar Ra’du ayat 3-4, Al Hijr ayat 19, An Nisa’ ayat 119, Al Maidah ayat 3, dan masih banyak lagi. Misalnya dalam surat Al An’am ayat 95
uq¨Z9$#ur Éb=ptø:$# ß,Ï9$sù !$# ¨bÎ) “ Sungguh, Allah menumbuhkan butir Padi-Padian dan biji kurma” dan dalam surat An Nahl ayat11
    ÏNºtyJ¨V9$# @à2 Ï`ÏBur |=»uZôãF{$#ur š Ÿ@ϨZ9$#ur cqçG÷ƒ¨9$#ur tíö¨9$# mÎ ä3s9 MÎ6ZムÈe
cr㍤6xÿtGtƒ 5Qöqs)Ïj9 ZptƒUyÏ9ºsŒ Îû ¨bÎ)
Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Pengertian dari biodiversitas adalah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk dari daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain, serta kompleks-kompleks ekologi yang mereka menjadi bagiannya; mencakup biodiversitas di dalam spesies (genetik), di antara spesies dan pada ekosistem atau ada yang menyebut totalitas komponen dan sistem kehidupan organisme di bumi (biosfer).
Description: plantae_1
Description: plantae_2
Gambar. 5.1 Biodiversitas Tumbuhan
Description: animalia_1
Description: animalia_2
Gambar 5.2 Biodiversitas Hewan
Frekuensi dan keragaman gen di dalam dan di antara populasi spesies yang sama. Biodiversitas genetik tampak pada perbedaan tinggi tanaman padi, rasa dari berbagai varietas shorgum, padi, jagung; variasi golongan darah manusia; dan sebagainya.  dinyatakan dengan: Varietas, strain, ras, dan sebagainya. Gabungan jumlah spesies (kekayaan; richness) dan jumlah individu di dalam spesies menyatakan kelimpahannya dalam suatu sistem (kemelimpahan; abundance). Spesies adalah kelompok organisme yang dapat melakukan fertilisasi secara bebas, memiliki kesamaan ukuran dan struktur, dinamika populasi dan siklus reproduksi, pola perilaku, dan taksonomi.
Secara geografis Indonesia terletak di antara 23½° LU dan 23½° LS, dan dikategorikan ke dalam wilayah yang beriklim tropis. Posisi geografis tersebut memberikan  banyak keuntungan bagi kehidupan di dalamnya. Parameter fisiko-kimiawi daerah beriklim tropis secara makro cenderung stabil dan memiliki kisaran yang relatif sempit. Daerah tropis hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan yang dibedakan hanya dari intensitas hujan, sedangkan cahaya matahari yang sangat dibutuhkan untuk aktivitas hidup organisme cenderung tidak berbeda signifikan. Kondisi ini akan menciptakan makro klimat yang cenderung stabil dan memfasilitasi untuk tumbuh dan berkembangnya sebagian besar makhuk hidup. Komponen iklim makro yang cenderung stabil antara lain adalah suhu, kelembaban, dan curah hujan.
Stabilitas iklim makro di daerah tropis mengakibatkan daerah ini dihuni oleh banyak jenis makhluk hidup yang masing-masing jenis dapat berkembang dengan baik sehingga densitas terus meningkat (biodiversitas tinggi). Banyaknya jenis dengan densitas yang terus meningkat akan menyebabkan meningkatnya kompetisi antarjenis dalam satu komunitas atau antarindividu dalam populasi baik kompetisi dalam memperebutkan ruang maupun sumber nutrisi. Ketatnya kompetisi tersebut menjadi awal terjadinya distribusi organisme ke berbagai tempat yang secara mikro klimat berada pada kondisi spesifik. Perlu diketahui bahwa meskipun Indonesia secara latitude berada pada daerah beriklim tropis tetapi karena Indonesia merupakan negara kepulauan dan masing-masing memiliki kekhasan terutama adanya zona ketinggian tempat (altitude) maka akan menciptakan adanya variasi iklim mikro. Kombinasi antara kestabilan makro klimat dan adanya variasi mikro klimat menyebabkan Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodiversitas hayati yang tinggi.
1.      Konsep Jenis
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa makin besar jumlah jenis maka makin besar pula biodiversitas hayati. Berdasar pada pendapat tersebut meskipun tidak selalu benar tetapi jenis menjadi salah satu organisasi kehidupan yang memiliki arti sangat penting dalam biodiversitas.
Apabila mendengar kata "jenis", banyak orang yang selalu mengidentikkan dengan spesies. Sama dengan pendapat spontan mengenai biodiversitas, konsep jenis yang diartikan sama dengan spesies juga tidak selalu benar. Secara ekologis jenis dapat berarti dua hal yaitu jenis dalam arti taksonomis dan jenis dalam arti peran. Dalam arti taksonomis jenis berarti spesies. Dalam arti peran organisme dikatakan sejenis apabila mereka memiliki peran yang sama dalam ekosistem. Peran yang sama dapat terdiri dari organisme satu spesies, satu varietas satu strain atau pada tingkatan taksa di atas spesies seperti genus, famili atau ordo. Bahkan pada tataran teknis sering karena alasan keterbatasan kemampuan identifikasi, organisme yang bukan satu spesies dan belum tentu memiliki peran yang sama dikelompokkan dalam organisme yang sejenis.
Pandangan bahwa jenis identik dengan spesies bermula dari konsep spesies yang didefinisikan bahwa organisme dikatakan satu spesies apabila organisme tersebut memiliki kesamaan baik secara morfologi, anatomi, maupun fisiologi. Sifat-sifat tadi juga dimiliki oleh keturunannya. Organisme satu spesies memiliki jumlah kromosom yang sama, dan bila antar anggautanya melakukan perkawinan akan menghasilkan keturunan yang vertil. Berdasarkan divinisi tersebut maka organisme yang satu spesies dalam habitat alamiahnya akan memiliki peran yang sama di dalam lingkungan tempat hidupnya tersebut.
2.      Biodiversitas
Biodiversitas merupakan ungkapan terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan, densitas dan sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis, dan genetik. Nilai biodiversitas  ditentukan dengan menggunakan angka indeks. Umumnya menggunakan angka indeks dari Shanon-Wiener atau dengan indeks biodiversitas Simson.
Penentuan biodiversitas menurut Shanon-Wiener:
H' =  - ( å pi ln pi )
Keterangan :
H' =  Indeks biodiversitas
Pi =  Probabilitas penting untuk tiap jenis/spesies = ni/N
ni =  Jumlah individu dari jenis/spesies ke i
N =  Jumlah seluruh individu
Penentuan biodiversitas menurut Simpson:
D =  1 – C
Keterangan:
D  =  Indeks biodiversitas
C  =  Indeks dominansi
Indeks dominansi menggambarkan komposisi spesies dalam komunitas dan menurut Simpson dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
C  =  (ni∕ N) 2
Keterangan:
C  =  Indeks dominansi
ni  =  Jumlah individu jenis/spesies ke i
Ni =  Jumlah total seluruh individu
Mengacu pada penentuan nilai biodiversitas seperti di atas maka biodiversitas tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jenis atau spesies yang hidup pada suatu ekosistem saja tetapi juga dipengaruhi oleh banyaknya individu dari masing-masing jenis atau spesies (densitasnya). Dalam ekosistem dengan faktor pembatas fisik dan kimiawi yang sangat menekan, cenderung akan dihuni oleh sedikit spesies dengan munculnya spesies yang dominan. Hal tersebut sesuai dengan kaidah ekologi bahwa di dalam suatu lingkungan dengan faktor pembatas tertentu maka lingkungan tersebut akan dihuni oleh spesies-spesies yang memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap faktor pembatas yang ada, sedangkan spesies yang memiliki rentangan adaptasi terbatas terhadap faktor lingkungan tersebut akan mati atau pindah mencari tempat lain yang memiliki kondisi lingkungan lebih baik. Bagi spesies yang mampu beradaptasi maka akan terjadi ledakan populasi karena tersedia ruang dan sumber energi yang melimpah karena kompetitor dan mungkin juga predatornya semakin berkurang. Sebagai contoh adalah ledakan populasi (blooming) algae Cyanophyta di suatu perairan yang mengalami pengkayaan bahan organik sangat tinggi (eutrofikasi). Dalam lingkungan yang memiliki kondisi fisik dan kimiawi yang baik akan dihuni oleh banyak spesies tetapi umumnya tidak ditemukan spesies dengan densitas yang melimpah (dominan).
a.       Biodiversitas Ekosistem
Description: reef1+Description: hutan lowland+Description: wisata01
Description: lawu puncak1Description: puncak jaya+Description: lanskap3+a
Gambar 5.3 Biodiversitas ekosistem
Ekosistem adalah kesatuan bentuk kehidupan antara makhluk hidup dengan habitatnya; seperti pantai, laut dan terumbu karang, hutan bakau, sungai, sungai bawah tanah, padang rumput, hutan daratan rendah, hutan pegunungan, kawasan alpin dan lain-lain). Biodiversitas ekosistem merupakan pernyataan tentang terdapatnya berbagai macam keragaman ekosistem yang didasarkan pada adanya variasi komponen-komponen penyusun ekosistem. Sebagaimana diketahui bahwa ekosistem merupakan satu kesatuan utuh antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun abiotik dan komponen-komponen tersebut saling berinteraksi di dalamnya. Faktor fisiko-kimiawi suatu ekosistem akan berpengaruh terhadap kehidupan di dalam ekosistem. Makhluk hidup di dalam ekosistem juga saling berinteraksi antar mereka, sehingga keberadaan, perkombangan dan pola distribusinya selain dipengaruhi oleh lingkungan abiotiknya juga sangan ditentukan oleh komposisi lingkungan biotiknya.
Kenyataan terdapatnya lingkungan dengan kombinasi parameter fisik dan kimiawi yang berbeda akan dihuni oleh jenis yang berbeda menyebabkan ekosistem menjadi beranekaragam. Dalam satu tipe ekosistem tertentu akan terdiri dari kombinasi organisme dan unsur lingkungan yang khas, yang berbeda dengan susunan kombinasi ekosistem yang lain. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki biodiversitas ekosistem yang cukup banyak, baik yang alamiah maupun yang binaan atau buatan.
Secara garis besar ekosistem di alam terdiri dari  ekosistem terrestrial aquatik, dan ekoton atau ekosistem peralihan antara ekosistem terestrial dan aquatik. Secara lebih rinci karena banyaknya perbedaan, ekosistem terestrial terdiri dari ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem savana, ekosistem sawah, kebun, pekarangan dan lain-lain. Termasuk dalam ekosistem peralihan antar lain adalah ekosistem pesisir, dan ekosistem hutan mangrove.
Ekosistem aquatik berdasarkan perbedaan komponen kimiawi  penyusun salinitas dibedakan menjadi ekosistem laut, estuarin, dan ekosistem perairan tawar. Ekosistem laut masih dikelompokan lagi ke dalam ekosistem terumbu karang, ekosistem intertidal, ekosistem laut dalam dan ekosistem limnetik. Ekosistem intertidal terdiri dari ekositem intertidal berbatu, berpasir (pasir putih dan pasir hitam), dan ekosistem intertidal berlumpur. Ekosistem perairan tawar secara skematis dapat dilihat pada bagan.
b.      Biodiversitas spesies
Spesies adalah unit dasar penyusun kehidupan yang dapat berkawin, dan menghasilkan keturunan fertil seperti bakteri, fungi, tumbuhan berbunga, dan moluska. Biodiversitas spesies mengacu pada banyaknya spesies yang terdapat di dalam marga. Biodiversitas jenis bukan menunjuk pada biodiversitas di dalam spesies tetapi beragamnya spesies di dalam marga. Faktor yang berpengaruh terhadap biodiversitas jenis adalah adanya komponen pembatas kehidupan yang dapat berupa faktor fisik, kimiawi, kompetisi antar individu dalam spesies, atau antar individu dalam spesies yang berbeda.
Description: moluskDescription: laba-laba2+Description: ikan badutDescription: rangkon+
Description: trametes versicolor1+Description: tiger+
Gambar 5.4 Biodiversitas Spesies
c.       Biodiversitas Genetik
Description: asam nukeat doble helix+
Gambar 5.5 Biodiversitas genetik
Biodiversitas genetik pada dasarnya adalah biodiversitas di dalam jenis. Ada variasi genetis di dalam satu spesies yang sama yang kemudian dikenal dalam taksonomi sebagai varietas atau strain. Pada saat ini di dalam varietas sendiri menunjukan adanya biodiversitas di dalam gen penyusunnya yang dikenal sebagai kultivar. Variasi gen di dalam spesies kemungkinan dapat terjadi secara alami maun aktivitas teknologi yang di kembangkan manusia.  Secara alami dapat terjadi karena proses geologis, yang mengakibatkan individu dari spesies yang sama hidup pada habitat dengan kondisi lingkungn berbeda. Dengan kemampuan adaptasi yang baik dan dibawah cekaman faktor lingkungan maka dapat memungkinkan terjadinya proses spesiasi.
3.      Biodiversitas Hewan
Indonesia memiliki biodiversitas fauna (hewan) dengan jumlah jenis dan densitas yang cukup besar. Dari jenisnya saja diperkirakan Indonesia yang hanya memiliki luas wilayah 2% dari luas dunia, memiliki 300.000 jenis atau 15% dari total fauna dunia. Biodiversitas jenis fauna yang besar ini disebabkan karena Indonesi terdiri dari negara kepulauan dan antar beberapa pulau memiliki sejarah geologik yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab Besarnya biodiversitas fauna di Indonesia, antara lain:
a.       Biodiversitas tumbuhan
Secara umum biodiversitas hewan berbanding lurus dengan biodiversitas tumbuhan atau dapat dikatakan bahwa di dalam ekosistem dengan biodiversitas tumbuhan yang tinggi biasanya akan diikuti oleh biodiversitas hewan yang tinggi pula. Ada pengecualian dalam hal ini yaitu pada ekosistem laut dalam. Pada ekosistem ini tidak terdapat tumbuhan tetapi ditemukan hewan dengan biodiversitas yang cukup tinggi.
Sebaran, pertumbuhan dan perkembangan organisme di alam sangat tergantung dari ketersediaan pakan atau sumber nutrisi. Di daerah yang memiliki sumber nutrisi yang banyak akan dihuni oleh banyak jenis dengan masing-masing jenis berusaha untuk mendominasi ekosistem tersebut. Sebagai contoh misalnya pada ekosistem peralihan seperti hutan mangrove, dan estuarin. Ekosistem ini akan dihuni oleh tiga kompona fauna. Pada ekosistem estuarin, dihuni oleh fauna khas estuarin seperti Nereis diversicolor, Hydrobia, dan udang Palaemonetes. Ekosistem ini juga dihuni oleh organisme laut yang masuk ke estuarin karena prilaku memijah, berburu atau memang karena fase perkembangannya membutuhkan kondisi salinitas di daerah estuarin. Beberapa jenis organisme juga karena kemampuan fisik yang terbatas atau karena memiliki kemampuan adaptasi fisiologis yang baik terhadap perubahan kadar salinitas perairan (eurihalin) banyak ditemukan di ekosistem ini. Kebutuhan untuk mendapatkan sumber nutrisi kadang harus ditempuh dengan usaha adaptasi yang maksimal, baik secara fisiologis, morfologis maupun adaptasi tingkah laku. Banyak ikan laut yang bersifat stenohalin, pada saat pasang tinggi organisme ini akan masuk estuarin untuk berburu makanan dan ketika air laut surut organisme ini akan kembali kelaut (adaptasi tingkah laku).  Beberapa jenis crustacea dan bivalvia yang hidup di daerah ini juga harus beradaptasi secara morfologi, yaitu dengan tumbuhnya rambut-rambut halus (setae) yang terdapat di sekitar celah masuk air ke dalam organ pernafasannya (insang) sehingga organisme ini masih dapat bertahan hidup meskipun tinggal di habitat dengan tingkat kekeruhan (turbiditas) tinggi. Tingginya biodiversitas pada ekosistem estuarin disebabkan karena pada ekosistem ini dihuni oleh produsen primer yang berupa fitoplankton dengan jumlah jenis dan densitas yang melimpah.
Pada ekosistem terestrial, hutan hujan tropis dikatakan sebagai ekosistem yang memiliki biodiversitas hayati sangat tinggi. Baik biodiversitas tumbuhan maupun hewan. Hutan hujan tropis memiliki iklim baik makro maupun mikro yang sangat menunjang untuk kehidupan berbagai macam jenis tumbuhan. Tingginya biodiversitas tumbuhan menjadi kunci awal kehidupan organisme pada tingkatan trofik di atasnya. Perpindahan materi berlangsung dari satu tingkatan trofik ke tingkatan trofik berikutnya dan kembali ke produsen primer membentuk sebuah siklus.
b.      Altitude
Altitude atau dikenal sebagai ketinggian tempat diukur dari garis pantai. Ketinggian tempat yang berbeda pada daerah tropis akan berpengaruh terhadap iklim secara makro maupun mikro. Daerah yang berbeda ketinggian tempat akan memiliki perbedaan intensitas curah hujan, kelembaban, suhu dan akan berpengaruh juga terhadap banyaknya unsur hara yang tersedia serta jenis tanah, yang akan berimplikasi pada ketersediaan air dalam tanah dan pH.
Perbedaan parameter-paremeter fisik dan kimiawi lingkungan di wilayah yang sama tetapi memiliki altitude yang berbeda akan dihuni oleh jenis dengan variasi yang berbeda pula. Beberapa jenis hewan memiliki kemampuan terbatas untuk berkembang biak pada daerah dengan altitud tertentu karena faktor suhu lingkungan. Kondisi ini secara keseluruhan akan meningkatkan biodiversitas.
c.       Latitude
Latitud merupakan letak geografis suatu wilayah berdasarkan posisinya pada garis lintang. Berdasarkan latutudenya wilayah di bumi ini dibagi menjadi tiga yang didasarkan pada makro klimat. Daerah diantara 23½° LU dan 23½° LS dari garis katulistiwa disebut sebagai daerah tropis, daerah antara   23½° LU sampai 66½° LU dan antara 23½° LS sampai 66½° LS disebut sebagai daerah sub tropis dan daerah yang berada diantara 66½° LU sampai 90° LU dan 66½° LS sampai 90° LS disebut daerah dingin atau kutub.
Letak suatu daerah yang berbeda garis lintang seperti pengelompokan di atas memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Di Indonesia dengan iklim tropisnya memungkinkan sebagian besar makhluk hidup   dapat hidup dan berkembang dengan baik. Berbeda dengan daerah sub tropis atau daerah kutub di mana faktor iklim akan berpengaruh besar pada kemampuan adaptasi organisme untuk hidup pada daerah ini. Hewan harus memiliki kemampuan adaptasi terhadap turunnya suhu yang sangat tajam pada musim dingin di daerah substropis atau beradaptasi terhadap kondisi suhu yang sangat rendah di daerah kutub. Hewan khususnya mamalia harus memiliki kemampuan adaptasi fisiologis yang baik untuk dapat mengatur metabolisme tubuh sampai titik yang paling rendah ketika musim dingin yang dikenal sebagai  hibernansi. Organisme juga dapat melakukan adaptasi secara tingkah laku dengan tinggal digua-gua di dalam tanah untuk meminimalisir pengaruh suhu di luar. Menghadapi kondisi ini bagi organisme yang tidak memiliki kemampuan fisiologi dalam mengatur metabolime tubuh harus menyediakan makanan yang cukup untuk melewati musim dingin. Beberapa organisme seperti beruang kutub memiliki adaptasi secara morfologis dengan memiliki bulu yang sangat tebal sehingga dapat melindungi tubuh dari pengaruh suhu luar yang ekstrem rendah. Faktor pembatas di atas akan berpengaruh terhadap jenis yang hidup di daerah ini. Selain itu, organisme yang hidup di daerah beriklem subtropis dan kutub juga harus memiliki strategi reproduksi yang tepat, yang pada akhirnya akan membatasi frekuansi reproduksinya.
Fenomena pembatas di daerah sub tropis dan daerah kutub tidak ditemui secara umum di daerah tropis. Reproduksi hewan di daerah tropis frekuensinya hanya dipengaruhi oleh faktor genetis dan ketersediaan sumber nutrisi.
d.       Gradien nutrien
Di daerah tropis hubungan antara biodiversitas hewan dengan kandungan nutrien tidak linier. Di Indonesia biodiversitas tinggi justru pada level intermediet. Biodiversitas biota hutan hujan tropis tidak tergantung nutrien tetapi lebih tergantung pada altitude, dan curah hujan. Hal tersebut dikarenakan ekosistem hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang mantap dan berada pada tingkat homeostatis yang baik. Di daerah sub tropis gradien nutrien cenderung linier.
e.       Gradien salinitas
Salinitas yang meningkat akan menurunkan biodiversitas fauna air tawar dan sebaliknya menurunnya salinitas akan menurunkan biodiversitas fauna laut. Pada level salinitas intermediet (estuarin) akan meningkatkan biodiversitas
f.        Kepulauan
Ada kecenderungan kepulauan yang besar memiliki biodiversitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena tersedianya ruang yang luas dan adanya variasi iklim fisis, yaitu iklim yang pembagian daerahnya di dasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya akibat pengaruh dari lingkungan fisis yang dapat berupa pengaruh daratan yang luas, pengaruh lautan, pengaruh angin, pengaruh arus laut, pengaruh vegetasi, pengeruh topografi. Daratan yang luas akan memiliki variasi sifat fisik-kimiawi lingkungan yang akan memfasilitasi dan sekaligus dapat menjadi pembatas bagi kehidupan organisme
g.       Kedalaman
Pada ekosistem perairan kedalaman berperan sangat penting terhadap biodiversitas fauna. Hal ini berhubungan dengan penetrasi cahaya matahari, suhu perairan dan tekanan hidrostatik. Semakin dalam ekosistem perairan maka penetrasi cahaya matahari akan semakin menurun, dan ini akan menurunkan kemampuan produsen primer dalam perairan yaitu fitoplankton untuk melakukan fotosintesis  yang akhirnya akan menurunkan kemampuan fitoplankton untuk reproduksi. Densitas fitoplankton yang menurun akan menurunkan sumber makanan bagi fauna herbivor dan berakibat juga pada penurunan jenis dan densitas fauna herbivor. Produktivitas primer yang berupa suplai oksigen ke dalam perairan juga menurun sehingga berpengaruh terhadap  aktivitas respirasi organisme hidup. Semakin meningkatnya kedalaman tekanan hidrostatik air juga semakin meningkat. Sebagaimana diketahui setiap penurunan 10 meter ke dalam perairan maka tekanan hidrostatik akan naik 1 atm. Tekanan hidrostatik yang tinggi akan mempengaruhi membran sel dan pada tekanan tertentu sel bisa pecah dan berakibat kematian pada organisme.
Kondisi tersebut diatas akan menjadi faktor pembatas yang sangat berpengaruh besar terhadap biodiversitas, karena secara bersama-sama faktor-faktor tersebut menjadi sangat menekan bagi aktivitas kehidupan.
Biodiversitas hewan di suatu ekosistem juga dapat mengalami penurunan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a.       Proses deterministik (hubungan sebabakibat)
Penurunan diversitas dapat terjadi karena berbagai aktivitas alamiah maupun karena campur tangan manusia. 
b.      Proses Stochastik (peristiwa terjadi secara acak dan kebetulan)
Proses ini meliputi ketidak pastian demografik, ketidak pastian lingkungan, bencana alam dan ketidak pastian genetik. Ketidak pastian demografik biasanya diakibatkan oleh peristiwa random pada reproduksi dan ketahanan hidup individu sehingga hanya menimbulkan penurunan biodiversitas yang relatif kecil yaitu pada organisme dengan kemampuan reproduksi rendah, jumlah individu kecil dan terdapat barier.
Ketidak pastian lingkungan dapat berupa perubahan tatanan lingkungan seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Musim kemarau dan penghujan yang tidak menentu, dapat berakibat terhadap perubahan irama biologis fauna sehingga dapat menurunkan daya hidup dan kemampuan reproduksi. Aktivitas manusia juga dapat menimbulkan ketidak pastian lingkungan seperti pembuangan limbah baik limbah rumah tangga maupun industri, penebangan hutan untuk berbagai kepentingan.
Bencana Alam yang terjadi seperti tsunami, letusan gunung berapi dapat berakibat terhadap menurunnya biodiversitas karena peristiwa tersebut dapat mematikan atau memunahkan organisme pada daerah yang terkena bencana. Apabila daerah bencana terdapat spesies endemis maka spesies tersebut akan punah.
Ketidak pastian genetik, yang dimaksud disini adalah menurunnya variasi gen akibat adanya barier fisik. Spesies yang memiliki sebaran yang sempit akibat kemampuannya yang terbatas untuk menembus barier fisik akan menyebabkan perkawinan dalam kelompoknya yang terjadi secara terus menerus. Tidak terjadi perkawinan dengan sejenisnya yang hidup di tempat lain. Akibatnya terjadi keseragaman genetis, dan menyebabkan respon spesies tersebut terhadap faktor lingkungan juga seragam. Keseragaman ini akan berakibat fatal apabila suatu saat terjadi perubahan kondisi fisik atau kimiawi lingkungan yang tidak bisa di tolerir. Spesies/jenis ini akan punah.
Biodiversitas merupakan ungkapan terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan, densitas dan sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis, dan genetik. Tingginya biodiversitas organisme dalam suatu ekosistem mencerminkan daya dukung lingkungan tersebut terhadap kehidupan, sehingga angka indeks biodiversitas dapat digunakan sebagai indikator kualitas lingkungan. Biodiversitas hewan secara umum berbanding lurus dengan biodiversitas tumbuhan.
B.     Manfaat Biodiversitas
Manfaat dari adanya biodiversitas adalah untuk konsumtif misalnya sebagai tanaman pangan seperti makanan pokok (beras, jagung, sagu, ketela, ketan, labu, kentang), sayuran (buncis, bayam, kangkung, kol, sawi), buah-buahan, palawija, sumber protein hewani, protein nabati, lemak hewani, lemak nabati, dan mineral-mineral yang dibutuhkan manusia. Dalam dunia kedokteran digunakan sebagai obat-obatan dalam atau luar tubuh misalnya saja jahe, kunyit, temulawak, habatussauda, madu, alkohol, yodium dan sebagainya.
Di bidang sadang alam telah menyediakan dengan berbagai macam varietas jenis tumbuhan atau penghasil serat benang seperti kapas, kapuk, bulu domba, laba-laba, ulat sutera, dan nilon. Dengan banyaknya pohon manusia dapat membangun rumah-rumahnya dengan arsitektur dan furniture yang berbeda-beda tergantung selera rasa dan indegenous knowledge yang dimiliki masyarakat setempat. Di samping itu dengan adanya berbagai macam tanaman dan hewan manusia dapat mengambil manfaatnya sebagai suplai energi seperti kayu bakar, biogas, biodisel, gasohol, dan bioetanol. Sedangkan pemanfaatan non-konsumtif misalnya untuk rekreaksi ekowisata, ekologi, sosial budaya ketahanan, dan keamanan, serta pengembangan iptek.
Degradasi Biodiversitas" Salah satu proses yang terus berlanjut serta memerlukan  waktu pemulihan selama jutaan tahun adalah hilangnya keanekaragaman genetik dan spesies karena rusaknya habitat alam.  Inilah kebodohan kita yang sulit dimaafkan oleh anak cucu kita" (E.O. Wilson, Harvard University, USA).  Misalnya dengan kebakaran hutan, perburuan liar, pembalakan, dan pertanian. Hilangnya biodiversitas banyak faktor yang paling fundamental dan irreversibel yaitu extinction of species (kepunahan spesies). Penyebab hilangnya diversitas biologi terutama oleh manusi baik secara langsung dengan perburuan, koleksi, dan persekusi, serta secara tidak langsung yaitu dengan perusakan dan modifikasi habitat. Dari segi total hilangnya biodiversitas, efek tidak langsung jauh lebih penting dibanding pengaruh langsung. Mekanisme hilangnya biodiversitas adalah sebagai berikut.
1.      Hilangnya atau fragmentasi habitat.
2.      Introduced spesies (spesies pendatang).
3.      Pencemaran pada air, tanah dan atmosfir.
4.      Perubahan iklim global.
5.      Eksploitasi jenis hewan atau tanaman yang berlebih (over-exsploitation).
6.      Industrialisasi pertanian dan kehutanan.
Juga diingat pengaruh pengembangan budaya juga sangat berpengaruh bagi hilangnya biodiversitas dimulai dari zaman purba (nomaden), zaman bercocok tanam, zaman tumbuhnya permukiman (perkotaan), zaman tumbuhnya industri (mulai diterapkannya paham kapitalisme (budidaya monokultur & monopoli), aman informasi/globalisasi ? dan apa lagi? Apa yang harus lakukan untuk biodiversitas tetap lestari? Misalnyanya saja dengan konservasi (in situ dan ex situ dan fungsionalisasi (bioprospecting dan bioteknologi. Bioteknologi adalah penerapan teknologi untuk memperbaiki organisme atau jasad hidup atau penerapan teknologi untuk memodifikasi fungsi biologis dari organisme dengan menambahkan gen/sel/koloni sel dari organisme lain.






No comments:

Post a Comment