Oleh : Dedy_eNHa
BAB
V
A. Biodiversitas
Banyak sekali ayat yang menerangkan
tentang biodiversitas yaitu surat Al An’am ayat 38, 99, 141-142, An Naml ayat
18-24, Yunus 24, Ar Ra’du ayat 3-4, Al Hijr ayat 19, An Nisa’ ayat 119, Al
Maidah ayat 3, dan masih banyak lagi. Misalnya dalam surat Al An’am ayat 95
uq¨Z9$#ur Éb=ptø:$# ß,Ï9$sù !$# ¨bÎ) “ Sungguh, Allah menumbuhkan butir Padi-Padian dan biji kurma” dan
dalam surat An Nahl ayat11
ÏNºtyJ¨V9$# @à2 Ï`ÏBur |=»uZôãF{$#ur @ϨZ9$#ur cqçG÷¨9$#ur tíö¨9$# mÎ ä3s9 MÎ6Zã Èe
crã¤6xÿtGt 5Qöqs)Ïj9 ZptUyÏ9ºs Îû ¨bÎ)
Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan
itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang memikirkan.
Pengertian dari biodiversitas adalah keanekaragaman di antara makhluk
hidup dari semua sumber, termasuk dari daratan, lautan, dan ekosistem akuatik
lain, serta kompleks-kompleks
ekologi
yang mereka menjadi bagiannya; mencakup biodiversitas di dalam spesies (genetik), di antara spesies
dan pada ekosistem
atau ada yang menyebut totalitas komponen dan sistem kehidupan organisme di
bumi (biosfer).
Gambar.
5.1 Biodiversitas Tumbuhan
Gambar 5.2 Biodiversitas
Hewan
Frekuensi dan keragaman gen di dalam dan di antara
populasi spesies yang sama. Biodiversitas genetik tampak pada perbedaan tinggi
tanaman padi, rasa dari berbagai varietas shorgum, padi, jagung; variasi golongan darah manusia; dan
sebagainya. dinyatakan dengan: Varietas, strain, ras,
dan sebagainya. Gabungan jumlah
spesies (kekayaan; richness) dan jumlah individu di dalam spesies menyatakan kelimpahannya
dalam suatu sistem (kemelimpahan; abundance). Spesies adalah kelompok organisme yang dapat melakukan
fertilisasi secara bebas, memiliki kesamaan ukuran dan
struktur, dinamika populasi dan siklus reproduksi, pola perilaku, dan
taksonomi.
Secara geografis Indonesia terletak di antara
23½° LU dan 23½° LS, dan dikategorikan ke dalam wilayah yang beriklim tropis.
Posisi geografis tersebut memberikan
banyak keuntungan bagi kehidupan di dalamnya. Parameter fisiko-kimiawi
daerah beriklim tropis secara makro cenderung stabil dan memiliki kisaran yang
relatif sempit. Daerah tropis hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim penghujan yang dibedakan hanya dari intensitas hujan, sedangkan cahaya
matahari yang sangat dibutuhkan untuk aktivitas hidup organisme cenderung tidak
berbeda signifikan. Kondisi ini akan menciptakan makro klimat yang cenderung
stabil dan memfasilitasi untuk tumbuh dan berkembangnya sebagian besar makhuk
hidup. Komponen iklim makro yang cenderung stabil antara lain adalah suhu,
kelembaban, dan curah hujan.
Stabilitas iklim makro di daerah tropis
mengakibatkan daerah ini dihuni oleh banyak jenis makhluk hidup yang masing-masing
jenis dapat berkembang dengan baik sehingga densitas terus meningkat (biodiversitas
tinggi). Banyaknya jenis dengan densitas yang terus meningkat akan menyebabkan meningkatnya
kompetisi antarjenis dalam satu komunitas atau antarindividu dalam populasi
baik kompetisi dalam memperebutkan ruang maupun sumber nutrisi. Ketatnya
kompetisi tersebut menjadi awal terjadinya distribusi organisme ke berbagai
tempat yang secara mikro klimat berada pada kondisi spesifik. Perlu diketahui
bahwa meskipun Indonesia secara latitude
berada pada daerah beriklim tropis tetapi karena Indonesia merupakan negara
kepulauan dan masing-masing memiliki kekhasan terutama adanya zona ketinggian
tempat (altitude) maka akan
menciptakan adanya variasi iklim mikro. Kombinasi antara kestabilan makro
klimat dan adanya variasi mikro klimat menyebabkan Indonesia merupakan salah
satu negara dengan biodiversitas hayati yang tinggi.
1. Konsep Jenis
Banyak
pendapat yang mengatakan bahwa makin besar jumlah jenis maka makin besar pula biodiversitas
hayati. Berdasar pada pendapat tersebut meskipun tidak selalu benar tetapi
jenis menjadi salah satu organisasi kehidupan yang memiliki arti sangat penting
dalam biodiversitas.
Apabila
mendengar kata "jenis",
banyak orang yang selalu mengidentikkan dengan spesies. Sama dengan pendapat
spontan mengenai biodiversitas, konsep jenis yang diartikan sama dengan spesies
juga tidak selalu benar. Secara ekologis jenis dapat berarti dua hal yaitu
jenis dalam arti taksonomis dan jenis dalam arti peran. Dalam arti taksonomis
jenis berarti spesies. Dalam arti peran organisme dikatakan sejenis apabila
mereka memiliki peran yang sama dalam ekosistem. Peran yang sama dapat terdiri
dari organisme satu spesies, satu varietas satu strain atau pada tingkatan taksa
di atas spesies seperti genus, famili atau ordo. Bahkan pada tataran teknis
sering karena alasan keterbatasan kemampuan identifikasi, organisme yang bukan
satu spesies dan belum tentu memiliki peran yang sama dikelompokkan dalam
organisme yang sejenis.
Pandangan
bahwa jenis identik dengan spesies bermula dari konsep spesies yang
didefinisikan bahwa organisme dikatakan satu spesies apabila organisme tersebut
memiliki kesamaan baik secara morfologi, anatomi, maupun fisiologi. Sifat-sifat
tadi juga dimiliki oleh keturunannya. Organisme satu spesies memiliki jumlah
kromosom yang sama, dan bila antar anggautanya melakukan perkawinan akan
menghasilkan keturunan yang vertil. Berdasarkan divinisi tersebut maka
organisme yang satu spesies dalam habitat alamiahnya akan memiliki peran yang
sama di dalam lingkungan tempat hidupnya tersebut.
2. Biodiversitas
Biodiversitas
merupakan ungkapan terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan, densitas dan
sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti
ekosistem, jenis, dan genetik. Nilai biodiversitas ditentukan dengan menggunakan angka indeks.
Umumnya menggunakan angka indeks dari Shanon-Wiener atau dengan indeks biodiversitas
Simson.
Penentuan
biodiversitas menurut Shanon-Wiener:
H' = - ( å pi ln pi )
Keterangan :
H' = Indeks biodiversitas
Pi = Probabilitas penting untuk tiap jenis/spesies
= ni/N
ni = Jumlah individu dari jenis/spesies ke i
N =
Jumlah seluruh individu
Penentuan
biodiversitas menurut Simpson:
D
= 1 – C
Keterangan:
D =
Indeks biodiversitas
C =
Indeks dominansi
Indeks
dominansi menggambarkan komposisi spesies dalam komunitas dan menurut Simpson
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
C = ∑
(ni∕
N) 2
Keterangan:
C =
Indeks dominansi
ni =
Jumlah individu jenis/spesies ke i
Ni
= Jumlah total seluruh individu
Mengacu
pada penentuan nilai biodiversitas seperti di atas maka biodiversitas tidak
hanya ditentukan oleh banyaknya jenis atau spesies yang hidup pada suatu
ekosistem saja tetapi juga dipengaruhi oleh banyaknya individu dari
masing-masing jenis atau spesies (densitasnya). Dalam ekosistem dengan faktor
pembatas fisik dan kimiawi yang sangat menekan, cenderung akan dihuni oleh
sedikit spesies dengan munculnya spesies yang dominan. Hal tersebut sesuai
dengan kaidah ekologi bahwa di dalam suatu lingkungan dengan faktor pembatas
tertentu maka lingkungan tersebut akan dihuni oleh spesies-spesies yang
memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap faktor pembatas yang ada,
sedangkan spesies yang memiliki rentangan adaptasi terbatas terhadap faktor
lingkungan tersebut akan mati atau pindah mencari tempat lain yang memiliki
kondisi lingkungan lebih baik. Bagi spesies yang mampu beradaptasi maka akan
terjadi ledakan populasi karena tersedia ruang dan sumber energi yang melimpah
karena kompetitor dan mungkin juga predatornya semakin berkurang. Sebagai
contoh adalah ledakan populasi (blooming)
algae Cyanophyta di suatu perairan yang mengalami pengkayaan bahan organik
sangat tinggi (eutrofikasi). Dalam lingkungan yang memiliki kondisi fisik dan
kimiawi yang baik akan dihuni oleh banyak spesies tetapi umumnya tidak
ditemukan spesies dengan densitas yang melimpah (dominan).
a. Biodiversitas Ekosistem
Gambar 5.3 Biodiversitas
ekosistem
Ekosistem
adalah kesatuan bentuk kehidupan antara makhluk hidup dengan habitatnya; seperti
pantai, laut dan terumbu karang, hutan bakau, sungai, sungai bawah tanah,
padang rumput, hutan daratan rendah, hutan pegunungan, kawasan alpin dan
lain-lain). Biodiversitas
ekosistem merupakan pernyataan tentang terdapatnya berbagai macam keragaman
ekosistem yang didasarkan pada adanya variasi komponen-komponen penyusun
ekosistem. Sebagaimana diketahui bahwa ekosistem merupakan satu kesatuan utuh
antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun
abiotik dan komponen-komponen tersebut saling berinteraksi di dalamnya. Faktor
fisiko-kimiawi suatu ekosistem akan berpengaruh terhadap kehidupan di dalam
ekosistem. Makhluk hidup di dalam ekosistem juga saling berinteraksi antar
mereka, sehingga keberadaan, perkombangan dan pola distribusinya selain
dipengaruhi oleh lingkungan abiotiknya juga sangan ditentukan oleh komposisi
lingkungan biotiknya.
Kenyataan
terdapatnya lingkungan dengan kombinasi parameter fisik dan kimiawi yang berbeda
akan dihuni oleh jenis yang berbeda menyebabkan ekosistem menjadi
beranekaragam. Dalam satu tipe ekosistem tertentu akan terdiri dari kombinasi
organisme dan unsur lingkungan yang khas, yang berbeda dengan susunan kombinasi
ekosistem yang lain. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki biodiversitas
ekosistem yang cukup banyak, baik yang alamiah maupun yang binaan atau buatan.
Secara
garis besar ekosistem di alam terdiri dari
ekosistem terrestrial aquatik, dan ekoton atau ekosistem peralihan
antara ekosistem terestrial dan aquatik. Secara lebih rinci karena banyaknya
perbedaan, ekosistem terestrial terdiri dari ekosistem hutan hujan tropis,
ekosistem savana, ekosistem sawah, kebun, pekarangan dan lain-lain. Termasuk
dalam ekosistem peralihan antar lain adalah ekosistem pesisir, dan ekosistem
hutan mangrove.
Ekosistem
aquatik berdasarkan perbedaan komponen kimiawi
penyusun salinitas dibedakan menjadi ekosistem laut, estuarin, dan
ekosistem perairan tawar. Ekosistem laut masih dikelompokan lagi ke dalam
ekosistem terumbu karang, ekosistem intertidal, ekosistem laut dalam dan
ekosistem limnetik. Ekosistem intertidal terdiri dari ekositem intertidal
berbatu, berpasir (pasir putih dan pasir hitam), dan ekosistem intertidal
berlumpur. Ekosistem perairan tawar secara skematis dapat dilihat pada bagan.
b.
Biodiversitas
spesies
Spesies
adalah unit dasar penyusun kehidupan yang dapat berkawin, dan menghasilkan
keturunan fertil seperti
bakteri, fungi, tumbuhan berbunga, dan moluska.
Biodiversitas spesies mengacu pada banyaknya spesies yang terdapat di dalam
marga. Biodiversitas jenis bukan menunjuk pada biodiversitas di dalam spesies
tetapi beragamnya spesies di dalam marga. Faktor yang berpengaruh terhadap biodiversitas
jenis adalah adanya komponen pembatas kehidupan yang dapat berupa faktor fisik,
kimiawi, kompetisi antar individu dalam spesies, atau antar individu dalam spesies
yang berbeda.
Gambar 5.4 Biodiversitas
Spesies
c.
Biodiversitas
Genetik
Gambar 5.5 Biodiversitas
genetik
Biodiversitas genetik pada dasarnya
adalah biodiversitas di dalam jenis. Ada variasi genetis di dalam satu spesies
yang sama yang kemudian dikenal dalam taksonomi sebagai varietas atau strain.
Pada saat ini di dalam varietas sendiri menunjukan adanya biodiversitas di
dalam gen penyusunnya yang dikenal sebagai kultivar. Variasi gen di dalam spesies
kemungkinan dapat terjadi secara alami maun aktivitas teknologi yang di
kembangkan manusia. Secara alami dapat
terjadi karena proses geologis, yang mengakibatkan individu dari spesies yang
sama hidup pada habitat dengan kondisi lingkungn berbeda. Dengan kemampuan
adaptasi yang baik dan dibawah cekaman faktor lingkungan maka dapat
memungkinkan terjadinya proses spesiasi.
3. Biodiversitas Hewan
Indonesia
memiliki biodiversitas fauna (hewan) dengan jumlah jenis dan densitas yang
cukup besar. Dari jenisnya saja diperkirakan Indonesia yang hanya memiliki luas
wilayah 2% dari luas dunia, memiliki 300.000 jenis atau 15% dari total fauna
dunia. Biodiversitas jenis fauna yang besar ini disebabkan karena Indonesi
terdiri dari negara kepulauan dan antar beberapa pulau memiliki sejarah
geologik yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab Besarnya
biodiversitas fauna di Indonesia, antara lain:
a. Biodiversitas tumbuhan
Secara
umum biodiversitas hewan berbanding lurus dengan biodiversitas tumbuhan atau
dapat dikatakan bahwa di dalam ekosistem dengan biodiversitas tumbuhan yang
tinggi biasanya akan diikuti oleh biodiversitas hewan yang tinggi pula. Ada
pengecualian dalam hal ini yaitu pada ekosistem laut dalam. Pada ekosistem ini
tidak terdapat tumbuhan tetapi ditemukan hewan dengan biodiversitas yang cukup
tinggi.
Sebaran,
pertumbuhan dan perkembangan organisme di alam sangat tergantung dari ketersediaan
pakan atau sumber nutrisi. Di daerah yang memiliki sumber nutrisi yang banyak
akan dihuni oleh banyak jenis dengan masing-masing jenis berusaha untuk
mendominasi ekosistem tersebut. Sebagai contoh misalnya pada ekosistem
peralihan seperti hutan mangrove, dan estuarin. Ekosistem ini akan dihuni oleh
tiga kompona fauna. Pada ekosistem estuarin, dihuni oleh fauna khas estuarin seperti
Nereis diversicolor, Hydrobia, dan udang Palaemonetes. Ekosistem ini juga dihuni oleh organisme laut yang
masuk ke estuarin karena prilaku memijah, berburu atau memang karena fase
perkembangannya membutuhkan kondisi salinitas di daerah estuarin. Beberapa
jenis organisme juga karena kemampuan fisik yang terbatas atau karena memiliki
kemampuan adaptasi fisiologis yang baik terhadap perubahan kadar salinitas
perairan (eurihalin) banyak ditemukan
di ekosistem ini. Kebutuhan untuk mendapatkan sumber nutrisi kadang harus
ditempuh dengan usaha adaptasi yang maksimal, baik secara fisiologis,
morfologis maupun adaptasi tingkah laku. Banyak ikan laut yang bersifat stenohalin, pada saat pasang tinggi
organisme ini akan masuk estuarin untuk berburu makanan dan ketika air laut
surut organisme ini akan kembali kelaut (adaptasi tingkah laku). Beberapa jenis crustacea dan bivalvia yang hidup
di daerah ini juga harus beradaptasi secara morfologi, yaitu dengan tumbuhnya
rambut-rambut halus (setae) yang
terdapat di sekitar celah masuk air ke dalam organ pernafasannya (insang)
sehingga organisme ini masih dapat bertahan hidup meskipun tinggal di habitat
dengan tingkat kekeruhan (turbiditas) tinggi. Tingginya biodiversitas pada
ekosistem estuarin disebabkan karena pada ekosistem ini dihuni oleh produsen
primer yang berupa fitoplankton dengan jumlah jenis dan densitas yang melimpah.
Pada
ekosistem terestrial, hutan hujan tropis dikatakan sebagai ekosistem yang
memiliki biodiversitas hayati sangat tinggi. Baik biodiversitas tumbuhan maupun
hewan. Hutan hujan tropis memiliki iklim baik makro maupun mikro yang sangat
menunjang untuk kehidupan berbagai macam jenis tumbuhan. Tingginya biodiversitas
tumbuhan menjadi kunci awal kehidupan organisme pada tingkatan trofik di
atasnya. Perpindahan materi berlangsung dari satu tingkatan trofik ke tingkatan
trofik berikutnya dan kembali ke produsen primer membentuk sebuah siklus.
b.
Altitude
Altitude atau dikenal sebagai ketinggian
tempat diukur dari garis pantai. Ketinggian tempat yang berbeda pada daerah
tropis akan berpengaruh terhadap iklim secara makro maupun mikro. Daerah yang
berbeda ketinggian tempat akan memiliki perbedaan intensitas curah hujan,
kelembaban, suhu dan akan berpengaruh juga terhadap banyaknya unsur hara yang
tersedia serta jenis tanah, yang akan berimplikasi pada ketersediaan air dalam
tanah dan pH.
Perbedaan parameter-paremeter fisik dan
kimiawi lingkungan di wilayah yang sama tetapi memiliki altitude yang berbeda
akan dihuni oleh jenis dengan variasi yang berbeda pula. Beberapa jenis hewan
memiliki kemampuan terbatas untuk berkembang biak pada daerah dengan altitud tertentu
karena faktor suhu lingkungan. Kondisi ini secara keseluruhan akan meningkatkan
biodiversitas.
c. Latitude
Latitud
merupakan letak geografis suatu wilayah berdasarkan posisinya pada garis
lintang. Berdasarkan latutudenya wilayah di bumi ini dibagi menjadi tiga yang
didasarkan pada makro klimat. Daerah diantara 23½° LU dan 23½° LS dari garis
katulistiwa disebut sebagai daerah tropis, daerah antara 23½° LU sampai 66½° LU dan antara 23½° LS
sampai 66½° LS disebut sebagai daerah sub tropis dan daerah yang berada
diantara 66½° LU sampai 90° LU dan 66½° LS sampai 90° LS disebut daerah dingin
atau kutub.
Letak
suatu daerah yang berbeda garis lintang seperti pengelompokan di atas memiliki
kondisi lingkungan yang berbeda. Di Indonesia dengan iklim tropisnya memungkinkan
sebagian besar makhluk hidup dapat
hidup dan berkembang dengan baik. Berbeda dengan daerah sub tropis atau daerah
kutub di mana faktor iklim akan berpengaruh besar pada kemampuan adaptasi
organisme untuk hidup pada daerah ini. Hewan harus memiliki kemampuan adaptasi
terhadap turunnya suhu yang sangat tajam pada musim dingin di daerah substropis
atau beradaptasi terhadap kondisi suhu yang sangat rendah di daerah kutub.
Hewan khususnya mamalia harus memiliki kemampuan adaptasi fisiologis yang baik
untuk dapat mengatur metabolisme tubuh sampai titik yang paling rendah ketika
musim dingin yang dikenal sebagai hibernansi. Organisme juga dapat
melakukan adaptasi secara tingkah laku dengan tinggal digua-gua di dalam tanah untuk
meminimalisir pengaruh suhu di luar. Menghadapi kondisi ini bagi organisme yang
tidak memiliki kemampuan fisiologi dalam mengatur metabolime tubuh harus
menyediakan makanan yang cukup untuk melewati musim dingin. Beberapa organisme
seperti beruang kutub memiliki adaptasi secara morfologis dengan memiliki bulu
yang sangat tebal sehingga dapat melindungi tubuh dari pengaruh suhu luar yang
ekstrem rendah. Faktor pembatas di atas akan berpengaruh terhadap jenis yang
hidup di daerah ini. Selain itu, organisme yang hidup di daerah beriklem
subtropis dan kutub juga harus memiliki strategi reproduksi yang tepat, yang
pada akhirnya akan membatasi frekuansi reproduksinya.
Fenomena
pembatas di daerah sub tropis dan daerah kutub tidak ditemui secara umum di
daerah tropis. Reproduksi hewan di daerah tropis frekuensinya hanya dipengaruhi
oleh faktor genetis dan ketersediaan sumber nutrisi.
d. Gradien nutrien
Di
daerah tropis hubungan antara biodiversitas hewan dengan kandungan nutrien
tidak linier. Di Indonesia biodiversitas tinggi justru pada level intermediet. Biodiversitas
biota hutan hujan tropis tidak tergantung nutrien tetapi lebih tergantung pada
altitude, dan curah hujan. Hal tersebut dikarenakan ekosistem hutan hujan
tropis merupakan ekosistem yang mantap dan berada pada tingkat homeostatis yang
baik. Di daerah sub tropis gradien nutrien cenderung linier.
e. Gradien salinitas
Salinitas yang meningkat akan menurunkan biodiversitas
fauna air tawar dan sebaliknya menurunnya salinitas akan menurunkan biodiversitas
fauna laut. Pada level salinitas intermediet (estuarin) akan meningkatkan biodiversitas
f.
Kepulauan
Ada kecenderungan kepulauan
yang besar memiliki biodiversitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
tersedianya ruang yang luas dan adanya variasi iklim fisis, yaitu iklim yang
pembagian daerahnya di dasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya akibat
pengaruh dari lingkungan fisis yang dapat berupa pengaruh daratan yang luas, pengaruh
lautan, pengaruh angin, pengaruh arus laut, pengaruh vegetasi, pengeruh
topografi. Daratan yang luas akan memiliki variasi sifat fisik-kimiawi
lingkungan yang akan memfasilitasi dan sekaligus dapat menjadi pembatas bagi
kehidupan organisme
g. Kedalaman
Pada
ekosistem perairan kedalaman berperan sangat penting terhadap biodiversitas
fauna. Hal ini berhubungan dengan penetrasi cahaya matahari, suhu perairan dan
tekanan hidrostatik. Semakin dalam ekosistem perairan maka penetrasi cahaya
matahari akan semakin menurun, dan ini akan menurunkan kemampuan produsen
primer dalam perairan yaitu fitoplankton untuk melakukan fotosintesis yang akhirnya akan menurunkan kemampuan
fitoplankton untuk reproduksi. Densitas fitoplankton yang menurun akan
menurunkan sumber makanan bagi fauna herbivor dan berakibat juga pada penurunan
jenis dan densitas fauna herbivor. Produktivitas primer yang berupa suplai
oksigen ke dalam perairan juga menurun sehingga berpengaruh terhadap aktivitas respirasi organisme hidup. Semakin meningkatnya
kedalaman tekanan hidrostatik air juga semakin meningkat. Sebagaimana diketahui
setiap penurunan 10 meter ke dalam perairan maka tekanan hidrostatik akan naik
1 atm. Tekanan hidrostatik yang tinggi akan mempengaruhi membran sel dan pada
tekanan tertentu sel bisa pecah dan berakibat kematian pada organisme.
Kondisi
tersebut diatas akan menjadi faktor pembatas yang sangat berpengaruh besar
terhadap biodiversitas, karena secara bersama-sama faktor-faktor tersebut
menjadi sangat menekan bagi aktivitas kehidupan.
Biodiversitas
hewan di suatu ekosistem juga dapat mengalami penurunan yang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain:
a. Proses deterministik
(hubungan sebabakibat)
Penurunan
diversitas dapat terjadi karena berbagai aktivitas alamiah maupun karena campur
tangan manusia.
b. Proses Stochastik (peristiwa
terjadi secara acak dan kebetulan)
Proses
ini meliputi ketidak pastian demografik, ketidak pastian lingkungan, bencana
alam dan ketidak pastian genetik. Ketidak pastian demografik biasanya
diakibatkan oleh peristiwa random pada reproduksi dan ketahanan hidup individu
sehingga hanya menimbulkan penurunan biodiversitas yang relatif kecil yaitu
pada organisme dengan kemampuan reproduksi rendah, jumlah individu kecil dan
terdapat barier.
Ketidak pastian lingkungan dapat berupa
perubahan tatanan lingkungan seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Musim
kemarau dan penghujan yang tidak menentu, dapat berakibat terhadap perubahan
irama biologis fauna sehingga dapat menurunkan daya hidup dan kemampuan
reproduksi. Aktivitas manusia juga dapat menimbulkan ketidak pastian lingkungan
seperti pembuangan limbah baik limbah rumah tangga maupun industri, penebangan
hutan untuk berbagai kepentingan.
Bencana Alam yang terjadi seperti
tsunami, letusan gunung berapi dapat berakibat terhadap menurunnya biodiversitas
karena peristiwa tersebut dapat mematikan atau memunahkan organisme pada daerah
yang terkena bencana. Apabila daerah bencana terdapat spesies endemis maka spesies
tersebut akan punah.
Ketidak pastian genetik, yang dimaksud
disini adalah menurunnya variasi gen akibat adanya barier fisik. Spesies yang
memiliki sebaran yang sempit akibat kemampuannya yang terbatas untuk menembus
barier fisik akan menyebabkan perkawinan dalam kelompoknya yang terjadi secara
terus menerus. Tidak terjadi perkawinan dengan sejenisnya yang hidup di tempat
lain. Akibatnya terjadi keseragaman genetis, dan menyebabkan respon spesies
tersebut terhadap faktor lingkungan juga seragam. Keseragaman ini akan
berakibat fatal apabila suatu saat terjadi perubahan kondisi fisik atau kimiawi
lingkungan yang tidak bisa di tolerir. Spesies/jenis ini akan punah.
Biodiversitas merupakan ungkapan
terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan, densitas dan sifat yang nampak
pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis, dan
genetik. Tingginya biodiversitas organisme dalam suatu ekosistem mencerminkan
daya dukung lingkungan tersebut terhadap kehidupan, sehingga angka indeks biodiversitas
dapat digunakan sebagai indikator kualitas lingkungan. Biodiversitas hewan
secara umum berbanding lurus dengan biodiversitas tumbuhan.
B.
Manfaat Biodiversitas
Manfaat dari adanya biodiversitas adalah
untuk konsumtif misalnya sebagai tanaman pangan seperti makanan pokok (beras,
jagung, sagu, ketela, ketan, labu, kentang), sayuran (buncis, bayam, kangkung,
kol, sawi), buah-buahan, palawija, sumber protein hewani, protein nabati, lemak
hewani, lemak nabati, dan mineral-mineral yang dibutuhkan manusia. Dalam dunia
kedokteran digunakan sebagai obat-obatan dalam atau luar tubuh misalnya saja
jahe, kunyit, temulawak, habatussauda, madu, alkohol, yodium dan sebagainya.
Di bidang sadang alam telah menyediakan
dengan berbagai macam varietas jenis tumbuhan atau penghasil serat benang
seperti kapas, kapuk, bulu domba, laba-laba, ulat sutera, dan nilon. Dengan
banyaknya pohon manusia dapat membangun rumah-rumahnya dengan arsitektur dan
furniture yang berbeda-beda tergantung selera rasa dan indegenous knowledge
yang dimiliki masyarakat setempat. Di samping itu dengan adanya berbagai macam
tanaman dan hewan manusia dapat mengambil manfaatnya sebagai suplai energi
seperti kayu bakar, biogas, biodisel, gasohol, dan bioetanol. Sedangkan
pemanfaatan non-konsumtif misalnya untuk rekreaksi ekowisata, ekologi, sosial budaya
ketahanan, dan keamanan, serta pengembangan iptek.
Degradasi
Biodiversitas" Salah satu proses yang terus berlanjut serta memerlukan waktu pemulihan
selama jutaan tahun adalah hilangnya keanekaragaman genetik dan spesies karena
rusaknya habitat alam. Inilah kebodohan kita yang sulit dimaafkan oleh anak cucu
kita" (E.O. Wilson, Harvard University, USA). Misalnya dengan kebakaran hutan, perburuan
liar, pembalakan, dan pertanian. Hilangnya biodiversitas banyak faktor yang
paling fundamental dan irreversibel yaitu extinction
of species (kepunahan spesies). Penyebab
hilangnya diversitas biologi terutama oleh manusi baik secara langsung
dengan perburuan, koleksi, dan persekusi, serta secara tidak langsung yaitu dengan perusakan
dan modifikasi habitat. Dari segi total hilangnya biodiversitas, efek tidak langsung jauh lebih penting
dibanding pengaruh langsung. Mekanisme hilangnya biodiversitas adalah sebagai
berikut.
1. Hilangnya atau fragmentasi
habitat.
2. Introduced spesies (spesies
pendatang).
3. Pencemaran pada air, tanah
dan atmosfir.
4. Perubahan iklim global.
5. Eksploitasi jenis hewan atau tanaman
yang berlebih (over-exsploitation).
6. Industrialisasi pertanian dan
kehutanan.
Juga
diingat pengaruh pengembangan budaya juga sangat berpengaruh bagi hilangnya
biodiversitas dimulai dari zaman purba (nomaden), zaman bercocok tanam, zaman
tumbuhnya permukiman (perkotaan), zaman tumbuhnya industri (mulai diterapkannya
paham kapitalisme (budidaya monokultur
& monopoli), aman informasi/globalisasi ? dan apa lagi? Apa yang
harus lakukan untuk biodiversitas tetap lestari? Misalnyanya saja dengan
konservasi (in situ dan ex situ dan fungsionalisasi (bioprospecting dan bioteknologi. Bioteknologi adalah penerapan teknologi untuk memperbaiki
organisme atau jasad hidup atau penerapan teknologi untuk memodifikasi fungsi
biologis dari organisme dengan menambahkan gen/sel/koloni sel dari organisme
lain.
No comments:
Post a Comment