Oleh : Dedy_eNHa
BAB I
A.
Pendahuluan
Ilmu
Alamiah Dasar (IAD) merupakan salah satu mata kuliah dasar umum (MKDU). Mata
kuliah dengan bobot 2 sks ini tidak wajib diikuti oleh setiap mahasiswa pada
semua program studi terutama untuk program studi non-eksakta. Dengan
mempelajari mata kuliah ini dimaksudkan agar mahasiswa mengenal konsep-konsep
dasar alamiah untuk menunjang, melandasi, memahami, mengkaji, dan menerapkan
pengetahuan lainnya, khususnya pemecahan-pemecahan masalah, teori maupun konsep
ilmu yang berkaitan dengan alam semesta.
IAD bukanlah mata kuliah yang berisi perhitungan rumit seperti yang dibayangkan mahasiswa non-eksakta, tetapi lebih menekankan pada bagaimana seorang mahasiswa non-eksakta memiliki pengetahuan
tentang alam sernya, agar ketika terjun di masyarakat tidak gaptek. Oleh karena itu penting bagi mereka diberi bekal
pengetahuan tentang apa dan bagaimana menyikapi fenomena dan gejolak alam sernya itu secara lebih bijak dan dalam
koridor rasional yang benar. Hal ini karena setiap manusia tidak dapat terlepas
dari alam, baik kondisi, fenomena, serta berbagai perubahan alam yang terjadi
secara dinamis setiap saat. Materi
ilmu alamiah dasar ini tentu saja hanya bersifat dasar, umum, dan pengantar
yang berkenaan dengan fenomena alam dan daya pikir manusia hingga mampu
memperoleh budaya modern yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Tujuan
Umum IAD adalah membantu mahasiswa non-eksakta
agar memiliki konsep yang lebih luas di bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan dapat mendekati
persoalan yang berkaitan dengan alam ser melalui logika yang lebih komprehensif. Diharapkan mahasiswa non-eksakta
mampu mengintensifkan
dan mengekstensifkan character building, value yang ada pada dirinya, sehingga menjadi responsif, sigap, terhadap berbagai problem yang berkaitan dengan progresivitas ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), di samping endegenous knowledge di masyarakat. Dengan demikian akan terbentuk
konsep diri yang positif dan terlahir insan kamil yang mampu mentune up masyarakat yang masih masif dengan budaya yang
irrasional. Hal
ini sejalan dengan bergulirnya era globalisasi yang memunculkan berbagai
perkembangan yang pesat di bidang IPTEK yang memerlukan sikap arif dalam memanfaatkan kemajuan produk-produk IPTEK.
Sedangkan
Tujuan umum IAD adalah memperkenalkan konsep-konsep dasar dalam IPA, memberikan konsep
pengetahuan, pendefinisian, dan apresiasi terhadap objek dan cara pemikiran
serta cara-cara pendekatan dalam IPTEK. Di samping itu juga memberikan bekal dalam pemanfaatan, cara-cara pemikiran atau pendekatan, dan hasil-hasil dalam
IPTEK, mengembangkan interaksi yang selaras dan disiplin ilmu eksakta dan non-eksakta, mengembangkan apresiasi IPTEK bagi mahasiswa
non-eksakta, serta mendorong dan
mengembangkan kemanfaatan IAD pada
perkembangan diri, ilmu, dan profesi para
mahasiswa non-eksakta.
B.
Keunikan
Manusia
Kata manusia dalam Alqur’an banyak
ditemukan yang kesemuanya mempunyai penafsiran yang berbeda-beda. Di antaranya
adalah khalifah, al-insan, al-ins, annas, abdullah, al-abdu, an-nafs, dan al-basyar. Sedangkan misi manusia diciptakan oleh Tuhannya adalah
sebagai khalifah, ibadah, dan imarah. Dalam dunia materialis manusia dapat
disebut sebagai homo educandum, homo educabel, homo faber, homo sapiens, makhluk
monodualis atau dwitunggal, monopluralis, dan homo religius. Itulah kata yang
menunjukkan bahwa persepsi tentang manusia selalu ber tergantung dari afiliasi
keilmuwan yang dimiliki oleh seseorang.
Sebagaimana mahluk hidup lainnya
manusia memiliki kemiripan baik secara morfologis maupun anatomis termasuk
mekanisme organis yang secara signifikan memiliki kesamaan proses biologis,
seperti kebutuhan makan atau minum (nutrition),
kebutuhan bernapas (respiration),
pertumbuhan dan perkembangan, regulasi (regulation),
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (adaptation),
sekresi, ekskresi, defekasi, menerima rangsang (iritabilition or desire of
respon), bergerak dan lain-lain yang merupakan ciri-ciri mahluk hidup (biotic). Manusia juga butuh menikah
karena merupakan sunnah Nabi untuk menyempurnakan sebagian imannya dengan
maksud prokreasi (hereditas biologis atau meneruskan generasinya) dan rekreasi
(bersenang-senang dengan pasangan hidupnya. Tetapi dibanding mahluk lain,
manusia memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya yakni rasa
ingin tahuannya (curiosity) mengalami perkembangan yang signifikan yaitu
apa yang disebut dengan daya pikir (budi daya). Adapun potensi yang dimiliki manusia
antara lain hidayatun gharizyiyah
(potensi insting), hidayatun hassiyyah
(potensi panca indera), hidayatun aqliyyah
(potensi berpikir), dan hidayatun dieniyyah
(potensi beragama).
Secara fisik manusia tidaklah sekuat
gajah, berlari secepat cheetah,
terbang laksana burung kenari, dan memiliki banyak kelemahan dibanding mahluk
lain, bahkan dengan nyamuk yang kecil sekalipun manusia masih lebih lemah
karena hanya dengan gigitannya (nyamuk anopeles atau aides agepty) manusia bisa
sakit atau mati. Tetapi karena manusia dilengkapi sense berpikir maka manusia
dengan kekuatan pikirnya mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan ilmu dan teknologi itulah manusia dapat menaklukkan semua kekuatan yang
dimiliki oleh mahluk lain meskipun itu malaikat atau jin karena manusia adalah
makhluk yang paling sempurna di alam semesta ini. Dengan kemampuan dalam
aplikasi teknologi dapat mengangkat
beban yang lebih berat, bergerak lari dengan cepat dengan mobil, terbang dengan
pesawat. Dengan demikian keunikan dan keunggulan manusia dibanding dengan
mahluk lainnya adalah terletak pada kekuatan berpikirnya seperti yang telah
temaktub dalam Surat Ar Rahman ayat 33 yang artinya: Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan.
C.
Kuriositas (Rasa Ingin Tahu)
Berbeda
dengan mahluk lainnya manusia secara an sich
selalu serba ingin tahu terhadap berbagai fenomena alam yang dialaminya, selalu
bertanya ada apa? (jika terjadi gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir, blackhole, badai matahari, maupun
munculnya UFO atau gejala alam lainnya khususnya yang membuat manusia cemas). Hal
ini merupakan stimulus yang dikoneksikan pada daya pikir sehingga munculah
pertanyaan ada apa?, setelah tahu bahkan manusia terus bertanya lebih jauh
lagi, Bagaimana? dan seterusnya akan bertanya mengapa? pertanyaan-pertanyaan
tersebut merupakan pisau analisis untuk menoreh pengetahuan meskipun secara
klasik dan masih bersifat indrawi.
Sementara
makhluk lain dalam memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya hanya
mengandalkan gharizah dari Tuhannya (insting)
belaka sementara Asimov menyebutnya idle curiosity yang sifatnya tetap
tidak berkembang sepanjang zaman. Contohnya sarang burung manyar di ujung daun
kelapa yang menggantung mungkin yang tercanggih dibanding burung lainnya,
tetapi sejak dulu sampai saat ini sarang burung manyar konstruksi dan motifnya
tetap begitu saja. Kerbau dilahirkan dengan sifat kekerbaunya dan tidak mungkin
akan berubah dari zaman ke zaman atau tertutup (bersifat introvert). Berbeda
dengan manusia yang sifatnya ekstrovert
(terbuka) dari hidup di gua-gua sampai membangun rumah-rumah modern pencakar
langit. Artinya manusia memiliki rasa ingin tahu yang berubah menjadi daya pikir
yang dapat berkembang sepanjang zaman sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya
yang tidak akan pernah puas maka manusia terus berupaya mencari dan menemukan
sesuatu yang dapat memudahkan dan menyenangkan dalam hidupnya. Tuhan selalu
mengilhamkan kepada manusia tentang teknologi seperti alloy (paduan logam) terhadap Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, serta
manusia-manusia pilihan yang lain, atau dengan deskripsi alam seperti ulah
binatang, tumbuhan, dan lain sebagainya. Selamanya manusia tidak akan pernah puas
secara materi maupun spiritual sebelum terbujur kekal selamanya, karena kepusan
letaknya di dalam hati.
D.
Perkembangan
Pola Pikir Manusia
“Piknik
ke bulan, stasiun bahan bakar luar angkasa” kelihatannya kata itu merupakan
suatu pepesan kosong, tetapi bisa jadi itu merupakan suatu hal yang biasa. Seperti
dijelaskan di muka bahwa rasa ingin tahu manusia terus berkembang melalui
pengamatan dan pengalaman indrawi sehingga mampu menemukan apa yang
diinginkannya, tetapi karena memang manusia adalah mahluk yang tidak mudah puas
dengan apa yang telah mereka ketahui bahkan sering menemukan jawaban-jawaban
yang tidak dapat menjadi problem solving
dan tidak memuaskan dirinya. Pada zaman dulu sering mereka mencoba mencari-cari
jawaban dengan me-reka-reka bahasa untuk memuaskan dirinya terhadap fenomena
alam yang ditangkap pancaindra mereka. Misalnya apa petir itu?
Sebenarnya mereka tidak mampu menjawab atas pertanyaan itu, tetapi untuk
kepuasan maka mereka mencoba mencari-cari jawaban yang sekiranya dapat
memuaskan baik bagi dirinya maupun orang lain, sehingga mereka menjawab bahwa
petir itu adalah cemeti malaikat maut yang mau mencabut nyawa salah seorang di
antara mereka. Dari jawaban tersebut muncul pengetahuan baru yaitu malaikat.
Selanjutnya
tentang pertanyaan mengapa bumi bergoyang-goyang? sekali lagi mereka
tidak mampu menjawab tapi dengan alasan kepuasan mereka menjawab bumi bergoyang
karena yang punya bumi sedang marah, dari jawaban itu munculah
pengetahuan baru yang punya bumi, sehingga mereka memperluas pengetahuannya
dengan anggapan segala sesuatu itu ada yang punya, mereka percaya kalau bulan
itu ada yang punya, matahari ada yang punya, bintang ada yang punya. Oleh
karenanya untuk menghilangkan rasa kecemasan dari yang punya gunung, laut,
jalan, dan pohon besar tidak marah maka mereka melakukan upacara ritual baik
dengan cara membaca mantera-mantera, tari-tarian, sesajen, pesta atau kirab.
Pengetahuan-pengetahuan itu merupakan penggabungan dari pengalaman-pengalaman
indrawi dan kepercayaan dan disebut dengan mitos. Cerita-cerita mitos
itu disebut legenda. Mengapa mitos dapat diterima pada saat itu sebagai
suatu kebenaran hal ini karena dilatarbelakangi oleh keterbatasan indrawi
keterbatasan penalaran dan hasrat ingin tahunya yang segera ingin dipenuhi.
Beberapa
keterbatasan alat indra manusia sebagai penyebab munculnya mitos adalah adalah
sebagai berikut.
1.
Alat
Penglihatan
Banyak benda yang bergerak sangat
cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata, mata tak dapat membedakan
benda-benda. Demikian juga jika benda berada pada tempat yang jauh mata tak
dapat melihat dengan jelas. Misalnya mengatakan bahwa langit bewarna biru, air
laut yang dalam berwarna kebiruan atau kehijauan, gurun pasir yang kelihatan seperti
sumber air padahal hanyalah peristiwa fatamorgana saja.
2.
Alat
Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada
getaran yang mempunyai frekuensi dari 20 sampai 20.000 Hertz (audiosonik). Gelombang
infrasonik dan ultrasonik tak terdengar oleh telinga manusia. Sehingga kadang
manusia bertakhayul dapat mendengar suara rintihan alam kubur, dapat berdialog
dengan hewan piaraan seperti bercakap-cakap dengan manusia yang lain, dan sebagainya.
3.
Alat
Pencium dan Pengecap
Manusia hanya dapat membedakan 4
jenis rasa, yakni manis, asam, asin, dan pahit. Bau parfum dan bau-bauan yang
lain dapat dikenal oleh hidung bila konsentrasinya di udara lebih dari
sepersepuluh juta bagian. Alat indra penciuman tidak bisa membedakan makanan
dan gas yang mengandung bahan beracun.
4.
Alat
Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat
membedakan panas, dingin, tekanan, sakit yang terdapat saraf ruffini, passini, krause, meisner, dan saraf bebas, namun sangat
relatif atau tergantung pada kondisi sehingga tidak dapat digunakan sebagai
alat observasi yang tepat.
Mengapa
mitos dapat diterima kebenarannya pada masa itu disebabkan beberapa faktor
sebagai berikut.
1.
Keterbatasan
pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik langsung maupun
dengan alat.
2.
Keterbatasan penalaran manusia pada saat itu.
3.
Hasrat
ingin tahunya terpenuhi
Sementara berdasarkan sejarah
perkembangan jiwa manusia baik secara individu maupun kelompok, menurtut
Auguste Comte (1798–1857 M) berlangsung dalam tiga
tahap sebagai berikut.
1.
Tahap
teologi (fiktif).
2.
Tahap
filsafat (metafisik) atau abstrak.
3.
Tahap
positif atau ilmiah riil.
Pada
tahap teologi, manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab pertama dan
tujuan akhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan supranatural. Fenomena
alam yang menarik atensi selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang
mutlak. Manusia mempunyai asumsi bahwa setiap fenomena dikuasai dan diatur oleh
para dewa atau kekuatan gaib lainnya. Tahap metafisika merupakan tahapan
manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak
lagi menyandarkan diri pada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan
kepada rasionya sendiri, yaitu akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna
menemukan hakikat sesuatu.
Tahap
positif atau riil merupakan tahap di mana manusia telah mampu berpikir secara
positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang
dikembangkan secara positif melalui pengamatan, eksperimen, dan komparatif.
Puncak perkembangan pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yaitu kira-kira
700–500 BC. Pada zaman ini mereka
sudah mampu menelaah bentuk bumi sehingga mereka berpendapat bahwa bumi ini
berbentuk setengah bola, bumi sebagai hamparan dan langit beserta
bintang-bintang sebagai atap, bahkan yang lebih menakjubkan mereka sudah
mengenal orbit matahari sehingga mereka tahu bahwa dalam setiap 365
hari matahari beredar kembali pada titik
semula dan ini yang disebut waktu tahun yang dipopulerkan oleh Kaisar Romawi
bernama Julius Cesar.
Pengamatan
terhadap angkasa raya memiliki daya tarik tersendiri pada masa itu, sehingga
pengetahuan dalam bidang ini cukup pesat, maka munculah pengetahuan konstelasi bintang
yang sekarang dikenal yakni; rasi scorpio, virgo, pisces, leo, cancer,
sagitarius, gemini dan sebagainya. Rasi-rasi ini erat kaitannya dengan prediksi
nasib manusia dan dikenallah dengan istilah astrologi. Karena pengetahuan
ini hanya bersifat prediktif, imajiner, dugaan, dan kepercayaan maka
pengetahuan ini disebut pseudo science
(sains palsu) yaitu pengetahuan mitos yang dikaitkan dengan fenomena alam yang
sebenarnya (mirip sebenarnya tetapi bukan sebenarnya).
Sains
palsu tersebut sangat berpengaruh pada para filosuf yunani seperti Thales (624-549
M) yang berpendapat bahwa bumi ini adalah sebuah piring yang terapung di atas
air, ia pula yang pertama kali menggagas asal mula benda dan menurutnya semua
kehidupan berawal dari air. Hal ini merupakan awal pemikiran yang sangat besar
karena mampu mengalihkan pemikiran mitos yang menganggap semua yang ada di bumi
ini adalah ciptaan dewa. Pengaruh pemikiran Thales ini telah menggiring
pemikiran bangsa yunani untuk meninggalkan mitos secara gradual. Generasi
filosuf Yunani yang telah berhasil menyumbangkan buah pikirannya di antaranya
adalah sebagai berikut.
1.
Anaximander berpendapat bahwa langit yang dilihat
sebenarnya hanya separuh saja. Langit dan segala isinya itu mengorbit pada
bumi. Ia berhasil membuat jam matahari yang menggunakan tongkat yang tegak
lurus di permukaan bumi. Bayangan tongkat dijadikan petunjuk waktu (jam
tongkat) pada tahun 70-an dan sering temukan jenis ini di masjid untuk pedoman
waktu sholat.
2.
Anaximenes berpendapat bahwa unsur dasar pembentuk benda
adalah air, hal ini sependapat dengan Thales. Yang dikembangkan bahwa air
merupakan wujud benda yang dapat berubah merenggang menjadi api, dan memadat
menjadi tanah. Konsep ini menjadi awal kansep transmutasi benda.
3.
Herakleitos menyangkal konsep anaximenes, menurutnya
apilah yang menjadi dasar transmutasi benda, karena tanpa api benda akan tetap
seperti adanya.
4.
Phytagoras berpendapat bahwa sebenarnya yang menjadi
unsur dasar pembentuk benda adalah terdiri empat unsur dasar yaitu tanah, api,
udara, dan air. Phytagoras
sangat terkenal sebagai ahli matematika dan penemu Dalil Phytagoras.
5.
Leucippos
dan Demokritos berpendapat adalah bahwa suatu benda dibelah secara terus
menerus akan menghasilkan bagian terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
Bagian terkecil itu disebutnya Atomos atau atom, istilah atom ini sampai saat
ini masih dipergunakan sekalipun konsepnya tidak seperti ini lagi.
6.
Empedokles
pendukung Phytagoras tentang empat unsur dasar pembentuk benda; tanah, air, api,
dan udara. Dia mengembangkan konsep tersebut dengan mengenalkan tentang tenaga
penyekat atau daya tarik-menarik dan daya tolak-menolak, kedua gaya tersebut
dapat memisahkan atau menyatukan unsur dasar pembentuk benda tersebut.
7.
Plato,
Ia sebagai seorang sastrawan, ia tidak berpikir yang bersifat materialistik
sebagaimana para filosuf sebelumnya. Menurutnya bahwa keanekaragaman yang
terlihat sekarang ini hanyalah sesuatu duplikat saja dari semua yang kekal dan
immaterial. Gajah yang bertubuh besar yang lihat hanyalah copy atau duplikat
belaka yang tidak sempurna, maka yang benar adalah idea gajah. Selanjutnya
konsep ini dikenal dengan konsep alam idea plato.
8.
Aristoteles,
Ia menjelaskan tentang Zat tunggal yang disebut Hule sebagai pembentuk dasar benda yang keberadaannya
tergantung pada kondisi, sehingga ia dapat berubah menjadi tanah, air, udara,
dan api yang mengalami transmutasi akibat kondisi dingin, lembab, panas, dan
kering. Dalam kondisi lembab dan panas hule akan berwujud api, sedang dalam
kondisi kering, dan dingin hule akan berwujud tanah. Ia pun berpendapat bahwa
di dunia ini tidak ada ruang yang hampa menurutnya jika ada ruang yang hampa
maka dengan sendirinya akan terisi ether yang bersifat immaterial. Ajaran yang
penting dari Aristoteles adalah bahwa untuk mencari kebenaran harus didasarkan
logika sehingga ia dikenal sebagai rasionalisme.
Konsep pentingnya adalah orang yang pertama kali melakukan pengklasifikasian
hewan dan mengemukakan konsep abiogenenis (generatio
of spontanea).
9.
Ptolemeus
berpendapat bahwa bumi itu bulat dan seimbang tanpa tiang penyangga dan bumi
sebagai pusat tatasurya atau geosentris (matahari dan benda lainnya berputar
mengelilingi bumi) dikenal dengan teori Geosentris.
10. Ibnu Shina terkenal di barat sebagai
Avicena (abad 11) dikenal sebagai ahli kedokteran.
11. Ibnu Khaldun ahli sosiologi
12. Al Jebra ahli matematika
13. Al Razi, seorang rasionalisme murni
yang tidak percaya pada wahyu dan nabi karena menurutnya dengan akal sudah
cukup untuk dapat membedakan baik dan buruk, yang berguna dengan yang tidak
berguna dengan akal pula dapat mengenal
Tuhan sehingga menurutnya tidak perlu ada wahyu dan Nabi. Ia dikenal sebagai
ahli kimia (penemu air raksa) dan pengobatan atau kedokteran diakhir hayatnya
matanya buta karena terlalu banyak baca dan pengaruh dari reaksi kimia.
14. Ibnu Rusdy atau Averous ahli
filsafat muslim yang menerjemahkan buku-buku yunani ke dalam bahasa Arab
sehingga Arab menjadi pusat ilmu internasional yang kemudian alih bahasa ke dalam
bahasa latin dan berkembang ke dunia barat sehingga terkenal dengan pusat
perpustakaan masjid Al Hamra Cordoba (Spanyol).
15. Abu Musa Jabir Bin Hayyan, dikenal
sebagai Bapak Kimia
16. Umar Khayyam, dikenal
sebagai seorang ahli matematika dan astronomi.
Pola pikir manusia terus
mengalami perkembangan yang diawali oleh rasa ingin tahu (kuriositas) terhadap
berbagai gejala alam yang terus memperlihatkan aktivitasnya dan terkadang
membuat manusia menjadi cemas seperti bencana alam gunung meletus, kebakaran,
kekeringan, kebanjiran dan lain-lain. Hal ini merangsang manusia untuk terus
mencari jawaban dan tejadilah berpikir mitos yang mengandalkan keyakinan untuk
suatu kepuasaan. Sejalan dengan perkembangannya berpikir mitos mulai
dihubungkan dengan fenomena alam yang sebenarnya untuk mendapatkan ramalan
nasib manusia maka dikenal pseudo science atau juga dikenal Astrologi.
Pada masa Yunani berpikir
mitos mulai ditinggalkan sehingga munculah pemikir-pemikir rasional (filsafat)
yang kebenarannya hanya atas dasar rasio sehingga muncullah konsep-konsep alam
yang sebagiannya saat ini masih dapat digunakan dan diakui kebenarannya. Dunia
Islam tidak kalah ketinggalan ketika filsafat Yunani mulai padam, Islam bersinar
di Persia melahirkan para filosuf muslim yang nama besarnya mendunia karena
karya-karyanya yang ilmiah yang sampai dengan saat ini masih dijadikan
referensi bagi perkembangan sains.
E.
Kelahiran Ilmu Alamiah
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
pengetahuan didapat dengan berbagai pendekatan seperti halnya pengetahuan
berupa mitos atau legenda menggunakan pendekatan kepercayaan yakni kebenarannya
hanya atas dasar percaya maka pendekatan pengetahuan semacam ini bersifat irrasional,
begitu pula pengetahuan yang sifatnya filsafati pendekatan kebenarannya hanya
mengandalkan nalar-akal-rasio belaka maka dikenallah pendekatan pengetahuan
rasional sehingga muncullah persepsi paham kebenaran irrasionalime dan
rasionalisme. Memang pemikiran
manusia secara gradual mengalami peningkatan karena pola pikir manusia.
Sedangkan pola pemikiran manusia menurut Howard Gadner adalah dicipline
mind, syntetic mind,creating ethical mind, dan respecfull mind.
Ilmu alamiah sebagai hasil perkembangan pola pikir
manusia yang terakumulasi dari hasil pengamatan dan pengalaman telah mendorong
manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran yang tidak hanya mengandalkan
kemampuan logika belaka, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua sisi;
yakni dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang
sifatnya non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami
tentang hakikat alam semesta dan segala isinya, yang selanjutnya melahirkan pure
science (Ilmu pengetahuan murni). Sementara dorongan yang kedua
adalah dorongan yang sifatnya praktis, di mana ilmu pengetahuan dimanfaatkan
untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih tinggi, dan selanjutnya disebut
dengan applied science (Ilmu pengetahuan terapan/teknologi).
Kapan ilmu pengetahuan (sains) lahir? secara waktu
mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan pengetahuan
sains adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach
and empiric approach yakni kebenaran yang secara rasional dapat dimengerti
dan dipahami serta dibuktikan secara fakta dan menggunakan peralatan ilmiah.
Pendekatan semacam itu sebenarnya sudah dilakukan pada masa filosuf muslim di
Persia dengan bukti munculnya ilmu-ilmu terapan seperti konstelasi, ilmu kimia
dan ilmu kedokteran, tetapi kebenaran ini tidak deklarasikan oleh ilmuwan
barat, mereka mengklaim bahwa kelahiran ilmu pengetahuan sains (ilmiah) adalah
setelah ditemukannya teropong bintang (sekalipun sejak masa filsafat muslim
teleskop sudah ada) yang mampu membuktikan kebenaran teori Heliosentris adalah
Nicolas Copernicus. Memang sejak penemuan teleskop telah banyak membantu para
ilmuan untuk dapat membuktikan secara empiris terhadap konsep-konsepnya. Berikut ini
dijelaskan beberapa ilmuan yang telah menancapkan tonggak sejaran perkembangan
ilmiah.
Nicolas Copernicus (1473–1543 M) Ia adalah seorang astronom,
matematika dan pengobatan, tulisannya yang terkenal dan merombak pandangan
Yunani yang berjudul De Revolutionibus Orbium Caelestium (Peredaran Alam
Semesta) buku ini ditulis pada tahun 1507 M tetapi tidak segera dideklarasikan
karena konsepnya bertentangan dengan konsep lama yang sudah mendapat
justifikasi dari penguasa (gereja). Pokok-pokok ajarannya adalah sebagai berikut.
1.
Matahari
adalah pusat dari system solar, dimana system itu bumi adalah salah satu planet
diantara planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
2.
Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi
mengelilingi matahari.
3.
Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang
mengakibatkan adanya siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang.
Pengikut
Nicolas Copernicus adalah Bruno (1548–1600 M) memperoleh kesimpulan lebih jauh
lagi, yaitu ;
1.
Jagat raya ini tidak ada batasnya.
2. Bintang-bintang
tersebar di seluruh jagat raya.
Karena
keberaniaannya mendeklarasikan pendapatnya yang bertentangan dengan keyakinan
penguasa pada itu maka Bruno dianggap sebagai orang yang kemasukan setan
(kesurupan) dan dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup hingga mati. Ahli astronomi
lainnya dalah Johannes Kepler (1571–1630 M ) Pokok-pokok pikirannya adalah
sebagai berikut.
1.
Planet-planet beredar mengelilingi matahari pada suatu
garis edar yang berbentuk elips dengan suatu fokus.
2.
Bila ditarik garis imajinasi dari planet ke matahari dan
sementara itu ia bergerak menurut garis edarnya, maka luas bidang yang ditempuh
pada jangka waktu yang sama adalah sama.
3.
Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet
mengelilingi matahari secara penuh adalah sebanding dengan pangkat tiga dari
jarak rata-rata planet itu terhadap matahari.
Konsep-konsep
di atas dibenarkan oleh Galileo Galilei (1564–1642 M) dengan menggunakan
teleskopnya yang terbesar mampu melihat tatasurya dan mengumumkan hasil
penemuannya bahwa teori Geosentris dianggap salah dan yang benar adalah teori
Heliosentris sebagaimana dikemukakan oleh Nicolas Copernicus dan Kepler
sekalipun bertentangan dengan pendapat penguasa yang mempertahan teori
geosentris dan menganggap suci bumi dan menjadi pusat tata surya sebagai tempat
singgasana para raja.
1.
Kriteria
Ilmiah
Suatu pengetahuan dinyatakan ilmiah
apabila dapat memenuhi kriteria yaitu sistematis, objektif, metodis, dan universal.
Kebenaran pengetahuan ilmiah harus bersifat sistematis yakni bertautan dan memiliki
hubungan kebenaran yang saling mendukung dengan pengetahuan lainnya dan
memiliki langkah yang tersusun dalam menemukannya, di samping itu kajian ilmu
harus memiliki objek yang jelas karena pada hakekatnya pengetahuan ilmiah itu
adalah bertujuan dalam justifikasi objek melalui metode ilmiah (scientific method) yang operasional
terarah dan terukur dan mengandung fakta kongkrit sehingga menghasilkan
kebenaran yang bersifat universal yakni berlaku secara menyeluruh.
Perlu dikemukakan pula bahwa di samping
adanya kriteria ilmiah yang mampu menghasilkan kebenaran ilmiah, ada pula kriteria
kebenaran yang sifatnya non ilmiah, yakni perasaan, intuitif (bisikan hati),
dan trial and error. Perasaan
merupakan salah satu cara untuk menarik kesimpulan yang tidak berdasarkan nalar.
Tentu saja hal ini akan bersifat subjektif karena perasaan setiap orang satu dengan
lainnya memiliki sensitivitas yang berbeda-beda.
Sedangkan instuisi merupakan
kegiatan berpikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pola berpikir
tertentu. Pendapat yang berdasar intuisi timbul dari pengetahuan-pengetahuannya
yang terdahulu melalui proses berpikir yang tidak disadari. Seolah-olah
pendapat itu muncul begitu saja tanpa dipikir terlebih dahulu. Setiap orang
memiliki kepekaan dan ketajaman intuitif yang tingkatnya berbeda-beda. Mungkin
orang yang terlatih intuisinya akan memiliki kepekaan yang tinggi dan
memungkinkan intuisinya dapat mendekati kebenaran atau sebaliknya bagi orang
yang memiliki sensitivitas dan inkuisitas intuisi yang rendah.
Sementara kebenaran dengan kriteria trial and error sekalipun tingkat
kebenaran lebih maju dibanding prasangka dan intuitif, tetapi pendekatan ini
dipandang tidak efisien karena cara untuk memperoleh pengetahuan melalui
coba-coba atau spekulatif dan lebih cenderung error daripada berhasil.
2.
Metode
Ilmiah dan Operasionalnya
Kebenaran ilmu alamiah akan terlihat
dari metode yang digunakan, jika sesuatu pengetahuan didapat melalui metode
ilmiah maka pengetahuan itu dinyatakan ilmiah dan sebaliknya jika tidak melalui
metode ilmiah maka pengetahuan itu dinyatakan tidak ilmiah, lebih lanjut di
bawah ini dijelaskan prosedur dan langkah-langkah metode ilmiah.
a.
Pengindraan
Pengindraan
merupakan langkah awal yang penting dalam mengenali objek masalah, tetapi
akurasi pengindraan tidak dapat dijadikan tetap kebenaran karena pengaruh
kondisi dan sifat pengindraan yang terbatas dalam mengenali objek, oleh karena
itu perlu adanya pengulangan secara berkali-kali dan memerlukan waktu yang
relatif lama, biasanya orang yang terlatih memiliki pengindraan yang tajam, seorang
ahli musik memiliki pengindraan pendengaran yang sensitif sehingga peka
terhadap kebenaran musik. Begitu pula ahli peneliti perlu terlatih dalam
mengindra objek supaya tidak keliru, maka untuk itu agar pengindraan dapat
tetap, objektif perlu dibantu dengan alat indra buatan yang ditera akurasinya
seperti termometer sebagai alat untuk mengukur suhu.
b.
Masalah
Langkah
selanjutnya setelah proses pengindraan terhadap suatu objek yang telah
direnungkan terlebih dahulu adalah menentukan masalah hasil pengindraan, untuk
mengetahui sesuatu itu menjadi masalah apabila objek itu mengandung pertanyaan,
seperti pertanyaan apa? bagaimana? dan mengapa? suatu objek itu
begini atau begitu, tentu saja pertanyaan para ilmuwan akan berbeda dengan
orang umum artinya pertanyaan itu harus terukur dan teruji sehingga akurasi
jawabannya responsif. Perlu ditegaskan bahwa pertanyaan yang dimaksud adalah
mengandung objek yang jelas atau dapat diindra, bukan pertanyaan mengapa alam
ini ada? karena pertanyaan seperti ini bukan kajian ilmu alamiah tetapi masuk
pertanyaan kosmologi yaitu mengapa alam ada? Siapa pencipta alam semesta?
Bagaimana terjadinya alam, mengapa bentuk alam seperti itu? Bagaimana akhir
alam semesta?
c.
Hipotesis
Hipotesis
atau dugaan sementara merupakan jawaban sementara dari pertanyaan masalah,
untuk mengetahui apakah hipotesis itu benar perlu diuji dan eksperimen yang
akurat dan didukung oleh data fakta yang kuat, bila ternyata fakta berbicara
lain maka perlu disusun hipotesis baru. Biasanya ilmuwan membuat hipotesis
terdiri dari dua klausal positif dan negatif yakni dua jawaban yang satu dengan
lainnya saling bertolak belakang. Di antara kedua hipotesa itu diharapkan salah
satunya dapat didukung oleh data dan fakta hasil eksperimen maupun survai.
d.
Eksperimen
Eksperimen
merupakan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan untuk mendapatkan
pengumpulan data atau fakta melalui kegiatan observasi langsung atau percobaan
atau eksperimental. Selanjutnya fakta-fakta itu dikumpulkan dan dianalisis
apakah mendukung hipotesis yang diajukan atau tidak.
e.
Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan dilakukan berdasarkan atas penilaian melalui analisis terhadap
fakta-fakta, untuk melihat apakah hipotesis itu yang diajukan itu diterima atau
sebaliknya ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan pengetahuan yang telah
diuji kebenarannya dan sebagai bagian dari ilmu pengetahuan. Dengan demikian
ilmu pengetahuan itu disusun secara sistematis dengan menggunakan metode
tertentu dan diuji kebenarannya secara empiris dan berlaku secara universal.
f.
Publikasi
Setelah
kesimpulan didapatkan maka ilmuwan perlu mempublikasikan pengetahuan yang
didapatkannya kepada khalayak agar dapat diambil manfaatnya. ingat kebenaran
bersifat tentatif yang akan dicounter
attack oleh kebenaran yang datang setelahnya.
3. Sikap Ilmiah
Salah satu aspek tujuan mempelajari
Ilmu alamiah dasar ini adalah bagaimana menanamkan sikap ilmiah bagi mahasiswa,
berikut ini di jelaskan beberapa sikap ilmiah yang harus dimilki oleh seorang
ilmuwan sebagai berikut.
a.
Jujur
Sebagai ilmuwan wajib melaporkan
hasil pengamatannya secara objektif, menyusun penelitian hingga pelaporan harus
disampaikan sejujur-jujurnya sehingga terbuka bagi peneliti lain bila dilakukan
pengulangan.
b.
Terbuka
Seorang
ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka bebas dari praduga, ia tidak
memperoleh buah pikirannya dari dugaan (spekulatif). Ia akan terus mendapatkan
kebenaran dengan prosedur ilmiah dan membuka diri bagi pihak lain untuk menguji
dan mengkritik kebenarannya atau selalu menghargai kebenaran orang lain.
c.
Toleran
Seorang
ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling benar, bahkan ia bersedia mengakui
bahwa orang lain mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia
bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat
orang lain, ia memiliki tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi, dan jauh
dari sikap angkuh.
d.
Skeptis
Skeptis
bisa juga dikatakan ragu-ragu tetapi maksudnya adalah sikap kehati-hatian dan
kritis dalam memperoleh informasi, tidak sinis tetapi meragukan kebenaran
informasi sebelum teruji yang didukung oleh data fakta yang kuat sehingga dalam
membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan tidak keliru.
e.
Optimis
Optimis
adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa,
dan ia selalu berkata “Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba
mengerjakannya.” Seorang yang memiliki kecerdasan optimis akan memiliki sense of humor yang tinggi. John Von
Neuman memberi nama hasil karyanya dengan sebutan MANIAC (sehingga membuat
peserta seminar tertawa) padahal maniac itu istilah dari singkatan Mathematical Analyzer, Numerical Integrator,
and Computer.
f.
Pemberani
Seorang
ilmuwan harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidakbenaran, kepura-puraan,
penipuan, kemunafikan, dan kebathilan yang akan menghambat kemajuan.
Sikap
keberanian ini banyak dicontohkan oleh para ilmuwan seperti Nicolas Copernicus,
Galilleo, Socrates, Bruno yang telah banyak dikenal orang. Nicolas Copernicus
dan Galilleo diasingkan oleh penguasa karena dengan berani menentang konsep
Bumi sebagai pusat tata surya, matahari dan benda lainnya berputar mengelilingi
bumi (geosentris). Ia mendeklarasikan justru mataharilah yang menjadi pusat
tata surya bumi dan planet lainnya berputar mengitari matahari (Heliosentris),
Socrates memilih mati minum racun daripada harus mengakui sesuatu yang salah.
Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar demi mempertahankan
kebenaran.
Kisah
keberanian ilmuan yang cukup menarik dan menjadi teladan adalah kisah Prof.
Peabody, memberikan kuliah terakhir tentang “Perawatan Orang Sakit” Kuliah ini
sangat jelas, penuh rasa kasih sayang dan belas kasih. Saat memberikan kuliah
waktu itu berumur 46 tahun, segar dan bugar, fasih dalam menyampaikan materi
kuliahnya. Tetapi dibalik ketenangannya itu Peabody mengidap penyakit kanker
ganas yang telah diderita, ditekuni, diteliti dan dipahami secara seksama
secara medis mengenai setiap gejala kanker yang dideritanya. Sehari sebelum
meninggal dunia ia menulis sendiri laporan penyakitnya dengan harapan dapat
dijadikan bahan penelitian pengobatan lebih lanjut.
Kisah
yang sama juga dilakukan oleh pasangan Pierre Cury dan Marry Cury seorang
fisikawan dan kimiawan yang berhasil menemukan zat radio aktif, bertahun-tahun
ia menekuni dan meneliti zat radioaktif dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia, dengan perlahan radiasi unsur tersebut merambah ke dalam
tubuh Marry Cury dan ia tahu sehingga mengindap penyakit kanker. Dalam setiap
kuliahnya menjelaskan tentang radioaktif tidak pernah menunjukan ketakutan dan
bahaya radiasinya dan itu terus dirahasiakan hingga ia menjelaskan sendiri pada
saat-saat ajal menjemput.
g.
Kreatif
Ilmuwan
dalam mengembangkan ilmunya harus kreatif, Louis Al-Vares (ilmuwan fisika
Berkeley) Ia seorang pemain golf. Dengan kreativitasnya ia membuat alat analisator
stroboskop untuk meningkatkan cara bermain golf. Kemudian alat itu
dihadiahkan kepada presiden Eisenhower yang juga pemain golf, dan sejak itu ia
memegang hak paten untuk pembuatan alat tersebut. Saat ini untuk menghargai
kreativitas ilmuwan dalam meningkatkan kesejahteraan manusia diberikan
penghargaan Nobel seperti yang pernah diterima oleh keluarga Mary Cury untuk
fisika dan kimia.
4.
Filsafat
Ilmu Alamiah
Filosofis ilmu alamiah sebagai basis
pengembangan ilmu pengetahuan mengacu pada nilai yang berkembang sejalan dengan
pola pikir manusia dalam bentuk budaya dan norma yang dianut dan menjadi
pandangan hidup, untuk itu di bawah ini diuraikan beberapa dasar filsafat ilmu
alamiah sebagai berikut.
a.
Vitalisme
Ilmu
alamiah awalnya tidak dapat terlepas dari pengaruh kepercayaan atau mitos. Filsafat
vitalisme merupakan doktrin yang menyatakan adanya kekuatan di luar alam alias The Perfect Being. Kekuatan itu memiliki
peranan yang esensial mengatur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini.
Kekuatan itu dikenal dengan istilah élan vital, Tuhan, yang maha kuasa dan lain
lain.
b.
Mekanisme
Mekanisme
merupakan pandangan yang menyatakan bahwa sebagai penyebab yang mengatur semua
gerakan di alam semesta ini adalah sejumlah hukum alam (nature of law), dengan demikian menurut
paham ini semua gejala alam semesta terjadi dengan sendirinya sesuai dengan
hukum alam sehingga pandangan ini akan menyamakan antara gejala mahluk hidup
dengan mahluk tak hidup sehingga tidak ada perbedaan yang hakiki di antaranya.
Dengan demikian akan menggiring pandangan manusia pada paham materialisme yang
kemudian menjadi ateisme.
c.
Agnotisme
Agnotisme
merupakan paham yang tidak mempedulikan ada tidaknya kekuatan di luar alam
(sang pencipta, Tuhan, yang maha kuasa, élan vital ). Penganut paham ini hanya
mempelajari gejala alam semata, paham ini akan menggiring manusia bersikap sekuler
sebagaimana banyak dianut ilmuwan barat.
Indonesia
yang menjunjung tinggi falsafah Pancasila yang secara seimbang akan dapat
menjembatani antara paham vitalisme dengan mekanisme yang justru peduli pada
sang pencipta tidak seperti halnya agnotisme, sehingga pengetahuan alamiah
secara seimbang dilandasi dengan pengetahuan keyakinan, sehingga ilmuwan
Indonesia selalu dalam kondisi Teisme.
5. Keunggulan Ilmu Alamiah
Sebagaimana telah dijelaskan dimuka
bahwa ilmu alamiah memiliki kriteria tersendiri berupa sitematis, objektif, metodis,
dan universal, di mana hal ini secara tidak langsung akan menumbuhkan sikap
ilmiah yang sangat bermanfaat bagi manusia, di bawah ini dijelaskan beberapa
keunggulan yang bermanfaat bagi manusia sebagai berikut.
a.
Mencintai
kebenaran yang obyektif dan bersikap adil, sehingga akan membawa pada hidup
yang tenang dan bahagia.
b.
Jika
ada penemuan baru yang lebih benar, maka ilmu yang lama tidak berlaku lagi,
sehingga disadari bahwa ilmu pengetahuan itu tidak mutlak atau bersifat
relatif. Sedang yang mutlak datangnya dari Allah SWT.
c.
Dengan
ilmu pengetahuan orang tidak lagi percaya pada takhayul atau mitos, karena
semua yang ada di alam ini terjadi melalui proses hukum alam atas izin Allah
SWT.
d.
Ilmu
pengetahuan akan membimbing untuk tidak
berpikir melalui prasangka, tetapi berpikir secara objektif, terbuka dan
sistematis, suka menerima pendapat orang lain dalam setiap keputusannya.
6. Keterbatasan Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan cara efektif
dalam mendapatkan kesimpulan karena pengetahuan dianalisa berdasarkan prosedur
baku dengan ketelitian yang dapat diandalkan baik secara rasional maupun
empirik. Tetapi harus diakui kebenaran ilmu pengetahuan hasil dari metode
ilmiah bersifat tentative, artinya hanya bersifat sementara saja sebelum
ada konsep baru yang lebih benar.
Kebenaran dalam sains tidak pernah
mutlak dan tidak pernah lengkap serta tuntas. Sebagai manusia para ilmuwan
sadar dan berendah hati karena mereka yakin sangat sedikit apa yang telah
mereka ketahui. Pada suatu hari Dr. Walter Stewart, seorang ekonom
berdiri di muka pintu auditorium di Princeton University mengamati
sekelompok mahasiswa fakultas sains dan matematika yang keluar dari sebuah
seminar, mereka itu riuh, aktif, cerdas, dan cekatan. Dalam suatu kesempatan ia
menghentikan salah seorang mahasiswa yang keluar dari auditorium secara
tergesa-gesa dan bertanya, Bagaimana seminarnya? Mereka menjawab hebat,
segala sesuatu yang kami ketahui minggu lalu tentang sains tidak benar lagi
saat ini.
Di samping itu Ilmu alamiah memiliki
keterbatasan objek yaitu tidak dapat menyentuh wilayah di luar alam (tentang
yang ghaib), tidak bisa dijadikan pembenaran dalam seni estetis (indah tidak
indah), etika (baik dan buruk) dan lain-lain.
F.
Metafisika
Pada dasarnya rasionalitas
juga terbatas dengan pancaindra dan akhirnya juga melahirkan suatu ilmu
metafisika. Hakikat yang bersifat abstrak di luar jangkauan pengalamana
manusia. Tegasnya tentang realitas kehidupan di alam ini, dengan mempertanyakan
yang ada (being), alam ini wujud atau tidak? Siapakah ? Apakah peranan di alam ini? Ilmu filosofis tertinggi adalah
metafisika karena materi subyeknya berupa wujud non fisik mutlak yang menduduki
peringkat tertinggi dalam hierarki wujud. Dalam terminologi religius, wujud non
fisik mengacu pada Tuhan dan malaikat. Dalam terminologi filosofis, wujud ini
merujuk pasa sebab pertama, sebab kedua, dan intelek aktif.
Kekokohan konsepsi metafisika
agama dimaksudkan untuk menjawab tantangan pedapat para pendukung materialisme–khusus
positisme- yang mengingkari eksistensi immateri dan supranatural, yang kedua
hal tersebut adalah saripati dan hakekat substansi nilai keagamaan. Di sinilah
setiap pemikir agama harus melakukan –minimal- menjawab dua hal pokok yang
menjadi tantangan kelompok materialistik yang tidak menyakini hal-hal yang
supraindrawi, immateri, dan pertama pemikir agama harus mampu membuktikan
keterbatasan indra manusia dalam melakukan eksperimen dan menyingkap segala
eksistensi materi alam semesta. Kedua membuktikan keberadaan hal-hal yang
bersifat non-inderawi, namun memiliki eksistensi riil dalam kehidupan di alam
kosmologi yang luas ini.
Metafisika, berbeda dengan
kajian-kajian tentang wujud partikular yang ada pada alam semesta. Mempelajari
sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh semua wujud ini yang dipandu oleh
dimensi keilahian untuk menemukan kebenaran hakiki atas religiusitas. Kajian
tentang metafisika dapat dikatakan sebagai usaha sistematis, refleksi dalam
mencari hal yang berada di belakang fisik dan partikular. Itu berarti usaha
mencari prinsip dasar yang mencakup semua hal dan bersifat universal. Yaitu
sebagai hal penyelidikan tentang Tuhan, bisa juga dikatakan sebagai
penyelidikan tentang dunia Ilahi yang transenden.
Terima kasih gan atas infonya..sangat bermanfaat bagi ane.
ReplyDelete